“Saya tidak mempercayai hasil survei LSI mengingat metodologi yang digunakannya. Dengan jumlah responden yang tidak begitu besar dan menggunakan telepon maka hasil survei ini layak digugat kesahihannya,” kata Ari Junaedi.
Jakarta – Ari yang tengah menggelar survei elektabilitas calon kepala daerah di berbagai wilayah di Indonesia menjelaskan, dari uji petik di dua kota besar Jawa Tengah, yakni Solo dan Semarang di awal Juni lalu, lembaga survei Nusakom Pratama mencuplik 4.600 responden, dan tidak menemukan nama Ketua Umum PSI itu sebagai kandidat Gubernur Jawa Tengah yang masuk 10 besar besar peraih elektabilitas tettinggi
“Justru nama Kaesang sendiri tidak laku di kota asal orangtuanya di Solo. Jangankan untuk Jateng-1, bahkan untuk Solo -1 saja nama Kaesang tidak ngangkat,” kata pengajar sejumlah program pascasarjana di berbagai universitas itu.
Bisa jadi, menurut analisis Ari, nama Kaesang sengaja “digoreng” agar muncul di pentas bursa kandidat Gubernur Jateng.
Ia melanjutkan, dengan minimnya pengalaman baik dunia politik maupun dunia usaha, Kaesang dipersepsikan publik masih belum matang alias pantas memimipin sebuah provinsi yang sarat dengan persoalan.
“Publik hanya melihat, Kaesang ini anak Presiden Jokowi, adik dari wakil presiden terpilih Gibran Rakabumi serta adik ipar Walikota Medan,” urai konsultan politik yang banyak memenangkan pasangan calon pada banyak Pilkada di Indonesia itu.
Ari menegaskan, Kaesang pun bisa memimpin partai politik berkat “cawe-cawe” orangtuanya.
”Justru yang potensial menjadi Gubernur Jateng menurut survei Nusakom Pratama, dengan mengambil sampel 4600 responden di Solo dan Semarang, adalah Ketua LKPP Hendrar Prihadi dan Kapolda Jawa Tengah, Ahmad Lutfi,” ungkapnya.
Ari menggarisbawahi, klaim Kaesang memiliki elektabilitas tinggi hanya menurut penilaian sebuah lembaga survei layak diuji dengan metodologi survei yang kredibel.