Jakarta – Ketua Umum Insan Kalangan Ahli Tekstil Seluruh Indonesia (IKATSI), M Shobirin Hamid, menyebut artificial intelligence (AI) menjadi salah satu ancaman industri tekstil nasional. Bila tidak ada solusi, label industri padat karya bisa-bisa tak lagi melekat pada industri tekstil.
“Dengan teknologi maju di tekstil itu ada yang pakai AI, sudah maju karena digitalisasi. Digitalisasi kan tidak hanya ada di teknologi informasi, itu sudah masuk ke segala sektor, termasuk di industri tekstil begitu,” kata Shobirin.
Karena itu, ia berharap pola pikir sumber daya manusia (SDM) pun semakin maju sebagai penyeimbang kemajuan teknologi. Maka keberadaan akademi tekstil pun dibutuhkan, supaya para pengelola atau pekerja di industri tekstil bisa menciptakan produk tekstil yang variatif. Tidak melulu hanya pakaian seperti celana dan baju.
“Tekstil ini tidak boleh hanya melihat industrinya saja, tetapi juga pendidikannya. Karena seiring teknologi yang makin maju, pemikiran pun harus makin berkembang. Industri juga semakin maju. yang mengelola semua ini haruslah memiliki keilmuan yang memadai secara teknis,” ujarnya.
Ia menilai, Indonesia tidak bisa selamanya terus berkutat dengan masalah masalah pabrik bangkrut dan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK). Sebagai solusi, Indonesia juga harus bisa menciptakan teknokrat yang mampu memajukan industri tekstil.
“Kita selama ini hanya bicara sebagai tukang jahit saja. Belum bicara soal future textile, nano textile dan lain-lain. Kemudian hanya berkutat pada bagaimana pabrik-pabrik tekstil bisa bertahan dan supaya buruh masih bisa bekerja. Kita sama-sama berharap permikiran bisa jauh ke depan. Jangan terus terbelenggu dengan pikiran tekstil hanya pakaian saja,” tandasnya.