Bali – Kabel laut merupakan bagian dari infrastruktur komunikasi. Sayangnya kabel ini, terutama jalur Merauke-Timika, kerap mengalami kerusakan akibat aktivitas penangkapan ikan. Sejak akhir tahun 2017, kabel ini sudah mengalami tujuh kali kerusakan, dan intensitasnya terus meningkat dalam dua tahun terakhir. Padahal kabel laut sepanjang 8.800 kilometer ini menjadi tulang punggung infrastruktur komunikasi untuk wilayah Papua.
“Ini satu-satunya backbone yang berfungsi sebagai tulang punggung komunikasi masyarakat Papua. Para pelaku usaha penangkapan ikan harus memperhatikan rute kabel laut ini,” ungkap Asisten Khusus Menteri Kelautan dan Perikanan Bidang Media dan Komunikasi Publik, Doni Ismanto.
Untuk itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Telkom menggelar sosialisasi Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) Sulawesi Maluku Papua Cable System (SMPCS). Dalam acara tersebut, KKP memberi edukasi soal kabel laut serta permasalahannya. Guna menjaga agar kabel tidak rusak, semua aktivitas penangkapan ikan di jalur tersebut harus lebih hati-hati. Kapal pun tidak boleh lego jangkar di sana. Khususnya di koridor Merauke-Timika.
Sebagai panduan bagi masyarakat, Telkom akan membuat peta lokasi kabel laut pada sejumlah pelabuhan perikanan yang ada di Pulau Jawa, Maluku, dan sekitaran Papua. Bahkan nanti direncanakan peta ini akan dbuat dalam versi digital.
Deputy Executive GM Divisi Service Operation Telkom, Johan Eko Prasetyo, mengatakan SKKL SPMCS sangat vital bagi bagi sistem telekomunikasi Papua Selatan. Bila terjadi kerusakan, layanan publik hingga kegiatan usaha di sana pasti terganggu.
“Traffic Merauke itu cukup tinggi mendekati 100 Gbps. Bukan hanya untuk voice tapi juga data, internet dan bisnis. Ketika terjadi gangguan, kita punya backup satelit. Namun hanya bisa memenuhi enam persennya, sehingga akan sangat merepotkan bagi masyarakat,” jelasnya.