Datang ke Makassar, sempatkanlah berkunjung ke Musem La Galigo di Makassar. Museum ini terletak di pusat kota Makassar, tepatnya di Jalan Ujung Pandang No 1, Makassar. Berdirinya museum ini berawal pada tahun 1938 yang mendirikan Celebes Museum oleh Gouvernement Celebes en Onderhorigheden. Museum ini berada di kawasan Ford Rotterdam (Benteng Rotterdam), Kota Makassar.
Kompleks Benteng Rotterdam ini dulunya merupakan kediaman Gubernur Belanda, Admiral C.J Speelman. Pada masa pendudukan Jepang, Museum ini sempat terhenti hingga pembubaran Negara Indonesia Timur. Kemudian pada tahun 1966, kalangan budayawan merintis kembali pendirian museum.
Museum ini kemudian dinyatakan berdiri secara resmi pada tanggal 1 Mei 1970. Museum ini kemudian diresmikan dengan nama Museum La Galigo. Sembilan tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 28 Mei 1979, museum ini resmi menjadi Museum La Galigo Provinsi Sulawesi Selatan.
Museum La Galigo ini memiliki kurang lebih 5000 koleksi yang terdiri dari benda-benda prasejarah, naskah kuko, keramik asing, senjata-senjata tempo dulu, peralatan-peralatan tradisional, alat musik dan sebagainnya.
Belajar Kebudayaan Sulawesi Selatan di Museum La Galigo
Mengunjungi Museum La Galigo membuat pengunjung jadi semakin mengenal kebudayaan Sulawesi Selatan. Dengan mengunjungi Museum La Galigo ini, kita bisa mengetahui rumah tradisional suku Bugis Makassar dan juga dapur tradisional Sulawesi Selatan.
Rumah tradisional yang dibangun suku Bugis Makassar didasarkan pada arah hadap rumah hingga penentuan lokasi yang dihubungkan dengan pandangan hidup atau kepercayaan secara turun menurun.
Membangun rumah suku Bugis Makassar seringkali menghadap barat, selatan atau ke timur. Ada tiga bentuk rumah Bugis Makassar yang dikenal yakni saoraja, sao pitik dan bolla. Saoraja ini adalah bangunan istana bangsawan yang mempunyai tangga dengan alas bertingkat pada bagian bawah. Bentuk rumah sao pitik ini ukurannya agak kecil dibandingkan saoraja. Sedangkan bolla adalah rumah masyarakat pada umumnya.
Nah bolla ini memiliki tiga bagian yakni bagian yang untuk menyimpan benda-benda pustaka, bagian untuk menerima tamu. Sedangkan bagian ketiga yang digunakan untuk kandang ternak seperti ayam, kambing dan lain-lain.
Teryata, dapur tradisional Sulawesi Selatan mengikuti falsafah hidup orang Bugis yakni Sulapa Eppa yang artinya sesuatu yang paling sempurna itu berbentuk segi empat. Itulah kenapa, dapur tradisional Sulawesi Selatan umumnya berbentuk segi empat.
Tapi selain berbentuk segi empat, dapur masyarakat Sulawesi Selatan juga ada yang berbentuk trapezium sama kaki yang artinya ukuran keliling dapur tersebut diambil dari tiga keliling kepala suami pemilik rumah.
Keunikan lainnya dari dapur masyarakat Sulawesi Selatan adalah arahnya. Arah dapur masyarakat Bugis Makassar teryata identik dengan menghadap ke utara atau ke selatan. Ini berbeda dengan orang Toraja yang arah dapur menghadap ke barat.
Dapur tradisional Sulawesi Selatan umumnya masih banyak yang terbuat dari tanah liat, bambu. kayu, tempurung kelapa dan yang terbuat dari besi.