|

Lebanon – Keterlibatan milisi Hizbullah dalam perang Gaza membuat Israel berang. Hizbulah terus meluncurkan serangan roket ke arah wilayah Israel. Tak lama berselang, militer Israel (IDF) pun meluncurkan serangan balasan. Aksi saling balas serangan seperti itu terjadi nyaris setiap hari.

Namun perkembangan situasi terakhir seharusnya membuat para petinggi Hizbullah resah. Terutama setelah serangan udara presisi Israel menewaskan pejabat militer senior Hizbullah, Sami Taleb Abdullah. Serangan itu dipimpin oleh Panglima Komando Utara bekerja sama dengan Direktorat Intelijen dan Angkatan Udara.

Prof. Amatzia Baram, pengamat Timur Tengah dari Universitas Haifa, mengingatkan kematian Abdullah merupakan sinyal kuat adanya celah dalam tubuh Hizbullah.

“Hizbullah seharusnya menyadari bahwa IDF mengetahui lebih banyak tentang mereka daripada sebaliknya. Selain itu, operasi tersebut menunjukkan bahwa keamanan lapangan Hizbullah tidak kedap udara. Sistem intelijen Hizbullah telah berhasil ditembus lawan,” katanya.

“Militer Israel berhasil masuk ke dalam sistem jaringan mereka, kemudian mengidentifikasi orang yang tepat untuk dilenyapkan,” lanjutnya.

Abdullah bukanlah sosok sembarangan. Selama 20 tahun terakhir, ialah yang memimpin serangan roket ke arah Kiryat Shmona, wilayah Galilea, dan Dataran Tinggi Golan. Ia adalah komandan tertinggi Hizbullah yang terbunuh sejauh ini dalam perang tersebut. Sedangkan sosok yang paling pantas resah saat ini, menurut Amatzia, adalah Sekretaris Umum Hizbullah Hassan Nasrallah.

“Nasrallah menyadari bahwa IDF memiliki kemampuan untuk membunuhnya kapan. Saya yakin hal ini cukup mengkhawatirkannya. Bertentangan dengan kepercayaan populer, Nasrallah bukanlah orang yang ingin mati,” jelasnya.

Share.
Exit mobile version