Jakarta – “Abetnego berarti ‘hamba yang bersinar’,” ujarnya.
“Sepanjang hidup saya mendedikasikan diri untuk melayani. Sebagai Bacabup Karo, tujuan utama adalah melakukan reformasi pelayanan pemerintah, dengan melayani masyarakat secara baik. Dari kelahiran hingga kematian,” ungkap pria kelahiran 1 Juni 1976 ini.
Abetnego menyampaikan hal itu saat menjadi narasumber pada bincang-bincang bertema ‘Menyejahterakan Rakyat dengan Potensi Alam Karo’, Jumat, 21 Juni 2024. Media Center PGI menjadi tempat diskusi inisiasi dari Persatuan Wartawan Nasrani (Pewarna) Indonesia.
Selain menjadi Deputi KSP yang mengurus pembangunan sumber daya manusia, Abetnego terlibat sebagai penasihat di Himpunan Masyarakat Karo Indonesia (HMKI) dan juga berperan sebagai anggota Dewan Pembina DPP Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (DPP GAMKI)
Hadir tokoh lain, yakni pemuka agama berdarah Karo, Pendeta Anton Tarigan
Potensi dan Tantangan Tanah Karo
Tanah Karo memiliki potensi alam yang kaya, namun juga menghadapi berbagai tantangan. Abetnego menyoroti bahwa masyarakat Karo cenderung tidak percaya pada pemerintah.
”Pendidikan Tanah Karo tertinggal, dengan lama sekolah yang lebih rendah dibandingkan kabupaten lain dengan pendapatan per kapita yang sama,” kata Abet.
Selain itu, masalah judi dan narkoba juga menjadi perhatian serius, mengancam kesejahteraan masyarakat.
Agenda Prioritas: Pendidikan, Kesehatan, dan Infrastruktur
Abetnego menegaskan pentingnya pendidikan sebagai sarana membangun masyarakat, namun infrastruktur dan fasilitas pendidikan pada kabupaten berpenduduk lebih dari 400 ribu jiwa itu belum merata.
”Fasilitas kesehatan juga perlu perhatian, terutama rumah sakit yang belum mendapat perhatian signifikan dari pemerintah,” tambahnya. Selain itu, pengelolaan air dan pertanian perlu ada penngkatan untuk menghadapi masalah pupuk dan bibit palsu.
Karo yang Melayani, Pintar, dan Sehat
Tanah Karo memiliki potensi pariwisata yang besar, namun belum dikelola dengan maksimal. “Pengelolaan pariwisata yang baik akan mengurangi pungli yang masif,” kata Abetnego. Ia juga berkomitmen untuk reformasi birokrasi, memastikan urusan administrasi seperti pembuatan KTP menjadi lebih mudah dan efisien.
Abetnego bertekad menjadikan Tanah Karo sebagai daerah yang benar-benar melayani warganya. “Kami akan membangun Karo yang produktif dengan akses pasar dan teknologi pertanian yang lebih baik,” ujarnya. Pendidikan unggulan juga menjadi fokus, dengan harapan anak-anak Karo tidak perlu bersekolah di luar daerah. Selain itu, akses air bersih dan pengelolaan sampah menjadi prioritas untuk mewujudkan Karo Sehat.
Kolaborasi untuk Kemajuan Bersama
Anton Tarigan menambahkan, “Tanah Karo adalah sekeping surga yang gagal dalam pengelolaan.” Ia menyoroti potensi sumber daya alam yang melimpah namun belum termanfaatkan dengan baik. Abetnego menegaskan pentingnya kerja sama lintas lembaga dan organisasi untuk mengatasi masalah sosial seperti narkoba, judi, dan premanisme.
“Pemimpin yang dipilih harus memiliki standar integritas, bukan hanya berdasarkan uang,” tegasnya.
Diskusi ini menggarisbawahi bahwa mengelola Tanah Karo membutuhkan hati yang melayani, dengan fokus pada kesejahteraan masyarakat dan pengembangan potensi daerah yang maksimal. Dengan komitmen dan kerja sama, Tanah Karo dapat mencapai kemajuan yang signifikan.
Abetnego punya tagline, ‘Karo Berlari’ artinya Bersih, Melayani, dan Rapi.