New York – Badan Pengungsi PBB (UNHCR) merilis laporan tentang pengungsi, pencari suaka, pengungsi internal, dan orang-orang tanpa kewarganegaraan. Mulai awal tahun 2023 hingga Mei 2024, ada sekitar 120 juta orang mengungsi karena terimbas konflik.
“Ada sekitar 117,3 juta orang masih terpaksa mengungsi pada akhir 2023, terpaksa melarikan diri dari penganiayaan, konflik, kekerasan, pelanggaran hak asasi manusia, dan peristiwa yang sangat mengganggu ketertiban umum,” kata laporan itu.
UNHCR mengingatkan bahwa jumlah tersebut sangat berpotensi terus naik. Penyebabnya karena meningkatnya potensi munculnya konfik-konflik baru, sementara konflik-konflik yang lama masih jauh dari selesai.
“Kecuali terjadi pergeseran geopolitik internasional, sayangnya saya melihat angkanya terus meningkat,” kata Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi, Filippo Grandi.
Sudan dan Gaza menjadi kawasan penyumbang pengungsi terbanyak. Perang di Sudan telah menyebabkan enam juta orang mengungsi, sementara pengungsi perang di Gaza mencapai 1,7 juta orang. Konflik di Myanmar, Afganistan, Ukraina, Republik Demokratik Kongo, Somalia, Haiti, Suriah dan Armenia juga menyebabkan gelombang pengungsian meski jumlahnya lebih sedikit.
Menariknya, laporan tersebut juga menunjukkan bahwa 75% pengungsi dan migran menuju ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Fakta ini mematahkan anggapan bahwa sebagian besar pengungsi dan migran menuju ke negara-negara kaya. Hanya setengah dari keseluruhan permohonan suaka yang diterima negara-negara besar. Sedangkan negara terbanyak penerima suaka adalah Amerika Serikat, Jerman, Mesir, Spanyol, dan Kanada.