Film ’To Catch a Killer’ mengungkapkan serial pembunuhan penembakan massal di Amerika Serikat. Uniknya, sosok yang menangkap justru seorang intelijen dengan rekam jejak ’tidak baik-baik amat’.
Film ini bisa dinikmati di layanan Netflix, setelah tayang di bioskop akhir Oktober 2023 lalu. Penampilan keren Shailene Woodley sebagai Eleanor, bintang utama film ini menjadi kunci sukses ‘To Catch a Kiler’. Eleanor yang sebelumnya sukses membintangi The Fault in Our Stars, Divergent, Insurgent, The Spectacular Now, hingga Robots juga menjadi produser film ini.
Cerita diawali dari penembakan massal di Baltimore, Amerika Serikat. Di malam tahun baru, di saat semua orang sedang berpesta di atas gedung, di tengah kembang api yang menyala bersahutan, satu per satu orang tewas ditembak oleh penembak runduk atau sniper yang menggunakan kembang api sebagai penyamarannya, dan dalam waktu singkat menewaskan puluhan orang yang dibidiknya
Eleanor Falco (Shailene Woodley) perempuan polisi yang berbakat namun tengah bermasalah dengan kondisi kejiwaannya, direkrut oleh kepala penyelidik FBI, Geoffrey Lammark (Ben Mendelsohn), untuk menyelidiki kasus itu.
Kondisi kejiwaan Eleanor diharapkan mampu mengungkap perilaku tersangka yang memiliki kebiasaan tak terduga.
Keesokan harinya, si pembunuh -kemudian dikenal sebagai Dean Possey- melakukan penembakan massal di sebuah mal. Melalui kamera keamanan, tim mengamati si pembunuh dan melihatnya menyembunyikan baju di tempat sampah kamar mandi, yang kemudian dikosongkan oleh petugas kebersihan. Saat Lammark bertemu dengan walikota, Eleanor dan McKenzie mengejar kemeja itu di tempat pembuangan sampah.
Selanjutnya, petunjuk forensik baru terungkap. Di bawah tekanan dari kantor Walikota, Lammark melakukan strategi berisiko dengan menayangkan rekaman keamanan dari mal di siaran langsung televisi, dan mendorong anggota masyarakat untuk menelepon untuk memberikan informasi.
Seseorang yang menyamar sebagai pembunuh menelepon, dan polisi melacak panggilan tersebut, mengikuti penelepon dan tiga sekutunya ke apotek. Baku tembak pun terjadi, yang menyebabkan kematian tiga sekutu penelepon. Interogasi mengungkapkan bahwa dia hanyalah penelepon iseng.
Setelah kejadian itu, Lammark dicopot dari jabatannya karena kegagalannya menangkap si pembunuh, dan kerusakan tambahan yang terkait.
Nampak ‘shock’ dengan perkembangan kasus ini, Eleanor pulang ke rumah, berpikir untuk menyakiti diri sendiri, namun akhirnya menyadari kisah yang diceritakan oleh salah satu pelukis. Dia menghadapkannya, dan pelukis itu mengungkapkan bahwa dia telah mensubkontrakkan seorang pria yang sesuai dengan deskripsi si pembunuh untuk pekerjaan cat dan bahwa pembunuh itu pernah bekerja di rumah jagal. Eleanor dan Lammark melakukan perjalanan ke rumah jagal tersebut, di mana mereka mengkonfirmasi nama pembunuhnya: Dean Possey, putra mantan instruktur menembak untuk US Rangers.
Eleanor dan Lammark mengunjungi Ny. Possey, ibunya. Dia mengaku sudah bertahun-tahun tidak bertemu dengannya, namun mengungkapkan bahwa ayahnya secara tidak sengaja menembak kepalanya saat masih kecil, yang menyebabkan isolasi sosial seumur hidup. Dean ternyata bersembunyi di gudang belakang untuk selanjutnya menembak dan membunuh Lammark. Eleanor meyakinkan Ny. Possey untuk berunding dengan Dean, tetapi ketika dia menolak untuk mendengarkan, Ny. Possey bunuh diri.
Dean memasuki rumah serta meminta Eleanor untuk membunuhnya dalam tidur, tapi sebelum hal itu terjadi bisa, polisi tiba dan dia menjatuhkannya hingga pingsan, serta menyeretnya ke terowongan rahasia di bawah gudang.
Pasukan cadangan tiba, dipimpin oleh McKenzie. Dean membunuh banyak petugas sebelum meledakkan gudang. Eleanor mencoba memohon padanya, menariknya cukup dekat hingga dia menggigit lehernya, melukainya secara serius. Polisi melacak Dean dan mati dihujani tembakan oleh polisi.
Di akhir kisah, Eleanor diwawancarai walikota dan rekan-rekannya. Mereka membungkamnya tentang keadaan sebenarnya kematian Dean dengan imbalan posisi di FBI dan penghargaan anumerta untuk Lammark. Begitulah ternyata hidup ini, penuh dengan kerumitan. Tokoh yang sebenarnya berjasa pun harus berkompromi dengan mengamankan rekam jejaknya dahulu dan iming-iming karir ke depannya.