China – Sejak tahun 2022, pemerintah Amerika Serikat menjatuhkan sanksi dangang terhadap berbagi produk asal China. Indutri manufaktur semikonduktor China menjadi salah satu yang paling terdampak. Tak mau menyerah dengan keadaan, Semiconductor Manufacturing International Corporation (SMIC) melakukan berbagai langkah guna memastikan eksistensi produknya.
Meski awalnya sempat diragukan, laporan terbaru dari Counterpoint Research menyatakan SMIC mengalami peningkatan pendapatan year-on-year hingga 12 persen dengan pangsa pasar sebesar enam persen. Dengan capaian ini, SMIC menduduki ranking ketiga dari segi pendapatan untuk pertama kalinya.
Meskipun pangsa pasar SMIC terpaut jauh dari TSMC (62%) dan Samsung (13%) yang berada di urutan pertama dan kedua dari segi pendapatan, performa SMIC pada kuartal pertama tahun ini sangat luar biasa. Bahkan berhasil menggeser UMC dan Global Foundries yang kini berada di urutan keempat dari segi pendapatan.
Keberhasilan SMIC tidak lepas dari keputusan Huawei menggunakan chip lokal setelah diberi sanksi oleh Amerika Serikat. SMIC menjawab kebutuhan Huawei dengan berbagi inovasi. Salah satunya saat mampu memproduksi chip 7nm yang kompleks tanpa mendapatkan akses mesin litografi terbaru extreme ultraviolet (EUV) yang dibuat oleh ASML asal Belanda.
Huawei Pura Series yang baru diluncurkan pada April lalu diperkuat oleh SoC Kirin 9010 yang diproduksi oleh SMIC. Diketahui SoC tersebut memanfaatkan teknologi proses 7nm generasi kedua dari perusahaan foundry Tiongkok tersebut yang mereka namai sebagai 7nm N+2.
Selain dari Huawei, pendapatan SMIC juga berasal dari klien-klien lokal mereka lainnya. Mereka juga memproduksi chip untuk komputer, teknologi IoT, hingga mobil auto di Tiongkok. Menurut laporan terbaru, kini SMIC tengah mengembangkan teknologi proses 5nm meski hanya dengan mesin “jadul” deep ultraviolet (DUV). Di sisi lain, TSMC dan Samsung sudah mulai memproduksi masal chip dengan teknologi proses 3nm, sementara pengembangan 2nm juga kabarnya sudah dimulai.