Jakarta – Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) memutuskan menahan BI Rate di 6,25 persen, suku bunga deposit di 5,5 persen, dan suku bunga lending di 7 persen. Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengatakan keputusan ini konsisten dengan kebijakan moneter yang pro-stability. Yaitu sebagai pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5 + 1% pada 2024.
Hal ini sudah diprediki oleh Ekonom Senior dan Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia, Ryan Kiryanto. Ia melihat BI Rate akan tetap di 6,25 persen karena tekanan global akibat situasi geopolitik mulai menurun. Keputusan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) untuk menahan penurunan suku bunga juga menjadi pertimbangan. Di sisi lain, kinerja perbankan dalam negeri yang belakangan cukup baik turut menjadikan BI makin mantap menahan suku bunga acuannya di 6,25 persen.
“Selain itu, The Fed yang belum akan menurunkan Fed rate tetap di 5,25-5,50% dalam jangka pendek ini atau setidaknya hingga akhir tahun ini. Sektor keuangan, khususnya perbankan, juga tetap menunjukkan kinerja yang terjaga dengan baik pada level BI Rate 6,25%,” tambahnya.
Melihat situasi global saat ini, Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, juga pernah memprediksi hal yang sama.
“Dari sisi global, kondisi pasar keuangan di bulan Mei mulai menunjukkan perbaikan. Didukung oleh meredanya kekhawatiran akan konflik geopolitik di Timur Tengah dan perkembangan data ekonomi Amerika Serikat, terutama tren penurunan inflasi Amerika Serikat,” kata Josua.
“Kami memperkirakan BI akan mempertahankan BI-rate di level saat ini, di 6,25% hingga akhir 2024. Hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan penurunan suku bunga akan terbuka pada tahun 2025” pungkasnya.