Iran – Presiden Iran, Ebrahim Raisi, menjadi salah satu korban tewas kecelakaan helikopter yang terjadi pada hari Minggu (19/5) lalu. Sebagai tanda dukacita, pemerintah Iran mengumumkan masa perkabungan selama lima hari. Namun ternyata tidak semua masyarakat Iran berduka. Banyak pula yang menyambut kabar kematian Raisi dengan sukacita.
Beberapa video di media sosial menunjukkan orang-orang dari berbagai wilayah di Iran berbagi permen dan coklat untuk merayakan kematian Raisi. Ada juga video seorang perempuan membawa nampan berisi kue-kue manis di taman umum dan menawarkannya kepada perempuan lain di dekatnya. Sementara di Inggris, banyak diaspora Iran merayakan kematian Raisi dengan bersorak dan menyalakan kembang api seperti tampak pada unggahan sejumlah akun X. Mereka turun ke jalan untuk menunjukkan kebahagiaan, menggelar pesta dansa di depan Kedutaan Besar Republik Islam Iran.
Situasi ini terjadi karena Raisi adalah sosok konservatif yang keras, bahkan disebut Sang Penjagal dari Teheran. Sebutan ini muncul karena selama bertahun-tahun ia kerap membungkam lawan-lawan politiknya dengan eksekusi mati. Sikapnya yang tidak mempedulikan hak-hak asasi manusia itulah yang kemudian membuatnya berseteru dengan negara-negara barat.
Saat krisis politik melanda Iran pada tahun 1980-an, pemerintah melakukan membungkam para lawan politik dengan tangan besi. Meski Iran sampai sekarang menyangkal adanya pembantaian, Amnesti Internasional menyatakan lebih dari 5.000 orang tewas karena dieksekusi.
Tindakan serupa kembali dilakukan pemerintah Iran pada tahun 2022-2023. Masyarakat memprotes kematian seorang wanita muda setelah ditangkap oleh polisi moral. Protes itu dijawab dengan tindakan keras oleh pemerintah Iran yang akhirnya memicu krisis politik, sosial, dan ekonomi. Bahkan sikap antipasti masyarakat terhadap pemimpin agama kian menguat.
Kelompok hak asasi manusia mengatakan ratusan warga Iran tewas dalam demonstrasi 2022-2023 yang dipicu oleh kematian seorang wanita muda Kurdi Iran yang ditangkap oleh polisi moral karena melanggar aturan berpakaian ketat di negara itu. Penanganan pihak berwenang terhadap berbagai krisis politik, sosial dan ekonomi telah memperdalam kesenjangan antara pemimpin agama dan masyarakat.