Jepang – Guna mengembangkan ekosistem kendaraan listrik, Jepang berencana membuat kerjasama produksi dan pemasaran dengan negara-negara di kawasan ASEAN. Meski baru berupa wacana, wacana itu mendapat sambutan yang baik dari banyak pihak. Bahkan hal ini akan menjadi salah atu agenda pada saat pertemuan para menteri ekonomi ASEAN bulan September nanti.
Kerjasama akan meliputi pelatihan personel, dekarbonisasi dalam proses produksi, pengadaan sumber daya mineral, dan investasi di bidang inovasi teknologi generasi seperti biofuel. Secara khusus, Jepang menyatakan akan mengalokasikan ¥140 miliar yang diperoleh Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri dalam anggaran bantuan ke negara-negara selatan untuk pelatihan personel.
Industri otomotif Jepang telah menetapkan pengembangan kendaraan dengan energi terbarukan sebagai bentuk indutri masa depan. Dari sisi pemasaran, ASEAN dianggap memiliki potensi yang cukup menjanjikan sehingga harus tetap diperhatikan. Mempertahankan penguasaaan terhadap pasar ASEAN akan akan menjaga keberlangsungan keseimbangan indutri otomotif Jepang secara signifikan.
Hingga saat ini, produk otomotif Jepang masih menguasai pasar ASEAN. Namun semakin banyaknya kendaraan asal China yang melakukan ekspansi di wilayah ini, Jepang harus menghitung ulang strateginya. Terlebih kendaraan asal China mampu menawarkan kualitas yang sama atau lebih baik, tetapi harga yang lebih kompetitif.
Ide kerjasama ini sebenarnya bukan hal baru. Saat menghadiri ASEAN-Japan Post Ministerial Conference (PMC) di Jakarta bulan Juli 2023, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi sudah mengajak Jepang berkolaborasi mengembangkan ekosistem kendaraan listrik (EV) di ASEAN. Sayangnya tawaran itu belum sempat ditindaklanjuti oleh kedua belah pihak. Meski begitu, munculnya usulan terbaru dari Jepang diharapkan akan menjadi titik awal yang positif untuk merealisasikannya.