Timur Tengah – Perdana Menteri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani, mengakui perundingan damai antara Israel dengan Hamas mengalami kemunduran. Bahkan hampir menemui deadlock (jalan buntu) setelah Israel melancarkan operasi darat ke kota Rafah.
“Kita telah melihat beberapa momentum yang terbangun namun sayangnya segala sesuatunya tidak bergerak ke arah yang benar dan saat ini kita berada dalam status hampir menemui jalan buntu,” ujarnya.
Ia mengungkapkan perbedaan mendasar antara kedua pihak yang berkonflik adalah soal pembebasan tawanan dan upaya mengakhiri perang. Ada satu pihak yang ingin mengakhiri perang lalu membicarakan sandera, di pihak lain ada yang menginginkan sandera dan ingin melanjutkan perang.
“Selama tidak ada kesamaan antara kedua hal tersebut, maka kita tidak akan mendapatkan hasil,” lanjutnya.
Sementara di lapangan, perlawanan sengit terus dilakukan kelompok Hamas dan Jihad Islam untuk terhadap gerakan militer Israel. Mereka bergerak dalam kelompok-kelompok kecil. Melakukan penyergapan dengan sejata ringan, peluncur roket, dan bom rakitan. Namu dengan akses sumber daya yang kian terbatas, terutama blokade yang dilakukan terhadap Kota Rafah, kekuatan perlawanan diperkirakan tidak akan bertahan lama.
Meski akhir perang belum nampak, Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mengatakan pengelolaan jalur Gaza pasca perang harus mulai dipikirkan. Perdana menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dituntut segera menunjuk pihak yang akan akan menggantikan kekuasaan Hamas di situ. Namun secara khusus, Gallant menentang pembentukan pemerintahan Israel di Jalur Gaza.