Pria itu juga memberi makan ikan-ikan nila yang berada di bak-bak penampungan air, dan sesekali dirinya mengecek debit air yang masuk di bak itu.
Proses pembersihan dilakukan dengan beberapa tahap di dalam bak yang berisi bakteri Anaerob yang kemudian disalurkan ke bak bakteri Aerob.
Anaerob adalah proses yang tidak memerlukan oksigen untuk menghasilkan energi. Respirasi anaerob terjadi pada bakteri, ragi, dan organisme prokariotik ataupun makhluk hidup uniseluler yang berada pada lingkungan dengan kadar oksigen rendah.
Sementara Aerob, adalah organisme yang menggunakan oksigen untuk proses metabolisme dan memperoleh energi.
Saat ini, bak yang telah dijernihkan sudah diisi oleh ikan nila dan akan dikembangbiakkan untuk dijual atau dikonsumsi sendiri oleh warga.
Budi daya ikan tersebut juga sebagai indikator air hasil olahan sudah bersih. Jika ikan tersebut baik-baik saja, maka bisa dikatakan air sudah bersih.
Pria asli Lamongan ini juga mengawasi IPAL setiap pagi dan sore, jikalau ada yang bermasalah untuk segera diperbaiki, baik pipanya atau menyuntikkan lagi bakteri-bakteri yang dapat mengurai limbah rumah tangga.
IPAL KIP tersebut dibuat pada Juli dan selesai pada Agustus 2023, bertepatan dengan puncak musim kemarau yang telah diprediksi oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), sehingga, IPAL tersebut menjadi alternatif untuk menyediakan air guna menyirami tanaman-tanaman baik milik warga, maupun kampung.
Pemerintah setempat, melalui kelurahan dan kecamatan, juga mendukung dalam pembuatan IPAL tersebut agar kebermanfaatannya dapat dirasakan oleh seluruh warga.
Selain itu, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya mengapresiasi pembuatan IPAL hasil swadaya masyarakat sendiri karena turut membantu dalam pelestarian lingkungan, terutama air.
Keberadaan IPAL tersebut dapat mendatangkan berbagai macam manfaat, terutama jika sudah diteliti lebih mendalam terkait kelayakannya.
DLH memandang, jika air olahan IPAL tersebut bisa digunakan untuk hewan, dalam hal ini ikan, maka kualitasnya bisa dikatakan normal, namun untuk dijadikan layak konsumsi masih butuh proses lainnya serta penelitian lebih mendalam
Tidak hanya itu, DLH Kota Surabaya juga mengapresiasi tingkat kesadaran untuk menjaga lingkungan warga Kebraon Indah Permai RT 5 RW 13 itu, karena mulai dari penghijauan hingga mengelola air limbah rumah tangga dikemas secara baik, hingga diikutkan ajang Program Kampung Iklim (Proklim).
Bergelimang air
Bagi Aktis, di baik melimpahnya air di negeri ini belum semua orang sadar akan manfaat dan cara mengolahnya.
Air bagi kemakmuran masyarakat sangat penting, karena semuanya membutuhkan air untuk kehidupan sehari-hari. Apabila kebutuhan air tidak dikelola dengan baik, maka manfaatnya tidak akan maksimal.
Cara lainnya, menghemat air, menanam pohon atau reboisasi, dan bila perlu membuat penampungan air hujan yang bisa dimanfaatkan untuk rumah tangga.
Hal-hal seperti itu yang seharusnya menjadi perhatian masyarakat untuk dapat lebih cinta dan peduli pada lingkungan.
Aktis menjelaskan, setiap orang seharusnya bisa membuat IPAL pribadi di rumah masing-masing karena biayanya bisa disesuaikan atau cukup terjangkau jika membuat dengan standar yang lebih kecil.
Hanya saja, jika wilayahnya sudah terbentuk IPAL, yang diperlukan hanya sebuah jaringan pipa untuk menyalurkan air tersebut ke rumah masing-masing.
Cinta lingkungan
Berawal dari kecintaannya pada lingkungan, Aktis, bapak beranak tiga, itu mengawalinya dengan belajar secara autodidak untuk mengelola air selokan menjadi lebih berguna.
Semua yang dipelajarinya tidak lebih karena rasa sukanya untuk memanfaatkan apa yang telah disediakan oleh Sang Pencipta, tanpa harus merusak lingkungan.
Mempelajari lingkungan hidup dapat memberikan pengetahuan tentang lingkungan dan komponen-komponennya, serta pentingnya menjaga serta melestarikannya.
Selain itu, mempelajari lingkungan hidup juga dapat membangun karakter diri untuk dapat menghargai apa yang sudah diberikan oleh Sang Pencipta.
Aktis juga menganggap, dari “sinau” juga bisa meningkatkan kesadaran individu terhadap isu-isu lingkungan, seperti perubahan iklim, keanekaragaman hayati, dan masalah polusi.
Kini, seringkali dirinya menjadi informan bagi warga atau mahasiswa terkait pengelolaan air, tanaman, hingga perikanan.
Aktis bersyukur, apa yang sudah dilakukannya bisa bermanfaat bagi dirinya, bahkan masyarakat luas hingga ke generasi-generasi berikutnya.
Harapannya jika semua orang dapat memanfaatkan apa yang ada di alam ini, maka akan muncul kemandirian untuk ketahanan pangan, bahkan bisa menjadikan lingkungan sehat.