Jakarta – PSSI bertindak cepat menanggapi kasus perundungan yang menimpa Marselino Ferdinan serta pelecehan rasis kepada tim nasional Guinea U-23. Selain meminta maaf kepada para korban dan meminta para pelaku menghentikan tindakannya, PSSI juga berencana bekerjasama dengan platform media sosial (medsos) guna melakukan sosialisasi edukasi.
“Kebetulan sudah dua bulan lalu kami siapkan konsepnya dengan LIB (PT Liga Indonesia Baru). FIFA punya gerakan untuk melindungi para pemain. Dalam waktu dekat kami akan kerja sama dengan Meta, Youtube, Tiktok, Kominfo, dan Kepolisian,” kata anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI Arya Sinulingga.
“Kami akan bekerjasama dengan lima institusi untuk membuat bikin regulasi. Jadi kalau ada akun rasisme, langsung takedown bersama-sama untuk melindungi pemain. Pemain tidak boleh diserang. Kami buat konsep dan akan diterapkan setelah bekerjasama,” tambahnya.
Isu rasisme telah mencoreng wajah sepakbola Indonesia. Apalagi kasus ini terjadi di pentas internasional dimana Indonesia sebenarnya jarang terlibat.
Harus ada edukasi dan tindakan pencegahan agar kejadian yang sama tidak terulang, apalagi PSSI ingin Indonesia terus mentas di ajang internasional di masa depan. Negara lain, bahkan pemain sendiri sudah menjadi korban keganasan tangan-tangan jahil yang tidak bertanggung jawab.
“Ini yang kami lakukan untuk menjaga dan melindungi pemain dan juga kepada negara-negara lain. Ini Ini cukup memalukan ya, karena ini berbahaya juga bahwa ternyata orang Indonesia rasis,” tandasnya.