Jakarta – Ada banyak wajah baru di antara 152 anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD RI) pada periode 2024-2029 yang akan dilantik 1 Oktober 2024 mendatang. Di antara 105 petahana yang kembali mencalonkan diri, hanya 67 orang atau 63,8 persen yang kembali terpilih. Jika tak ada perubahan berarti dari persidangan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) di Mahkamah Konstitusi, maka anggota DPD terpilih yang akan bertugas lima tahun ke depan di Senayan didominasi oleh wajah baru.
Di antara kemungkinan muka baru itu, terdapatlah Mirah Midadan Fahmid dengan perolehan 265.104 suara menempati posisi terakhir atau urutan keempat anggota terpilih dari Nusa Tenggara Barat. Suara Mirah ada di bawah Muh. Fikri Farabi, putra Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi, dengan perolehan 284.126 suara peraih suara terbanyak ketiga. Adapun posisi lima ditempati Brigjen TNI (Purn.) Lalu Rudy I. Srigede yang tengah menggugat ke Mahkamah Konstitusi.
Mirah Midadan Fahmid dikenal sebagai pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef). Ia mengenal DPD RI karena selama lebih dari 3,5 tahun terakhir ini menjadi tenaga ahli Komite II DPD RI yang membidangi masalah pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya.
“Saya berharap dengan terpilih sebagai anggota DPD RI 2024-2029 bisa lebih memberi warna bagi institusi ini. Semoga masyarakat bisa lebih mengenal dan mendapat manfaat dari kehadiran wakilnya di DPD,” kata perempuan keturunan Bima yang lahir 30 tahun silam itu.
Mirah yang merupakan putri dari Imam Mujahidin Fahmid, pakar pertanian yang juga Guru Besar Ekonomi Politik Universitas Hasanuddin. Juga menamatkan S1 di Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin, Mirah kemudian mendapatkan beasiswa LPDP dan meraih Master of Science Economic Development di University of Glasgow, the United Kingdom. Kini, Mirah tengah menyelesaikan studi doktoral di Universitas Indonesia.
“Saya ingin menjaga branding saya sebagai anggota DPD RI dari kalangan akademisi, untuk selanjutnya bisa memberikan sumbangsih semacam policy brief kepada pemerintah daerah, baik provinsi, maupun kabupaten dan kota,” kata Mirah yang saat Pemilu lalu lekat dengan ajakan ‘pilih jilbab pink’. Ke mana-mana ia selalu memakai blazer hitam jilbab merah muda sehingga calon pemilih begitu mudah mengenalinya.
Kini, Mirah ingin mengenalkan slogan baru sesuai namanya: Gerakan Mirah alias ’Gerakan Membangun Indonesia dari Daerah’. “Saya percaya potensi NTBt, khususnya Pulau Sumbawa, bisa lebih dikembangkan lagi. Masih banyak pusat ekonomi baru yang harus diciptakan untuk menyejahterakan masyarakat,” paparnya.
Khusus Kota dan Kabupaten Bima, daerah asal leluhurnya, Mirah menyebut potensi Gunung Tambora, Pantai Pink, Pulau Ular, dan lain-lain, sebagai primadona wisata yang mesti lebih dipoles lagi.
“Pariwisata itu menjual ‘experience’ kepada para pengunjung. Pengalaman seru tak terlupa inilah yang harus lebih giat dipromosikan kepada para calon wisatawan untuk datang ke Bima dan NTB umumnya,” pungkas Mirah.