Jakarta – Tim sepak bola Indonesia U23 akhirnya gagal menembus Olimpiade Paris 2024. Sempat bermain cemerlang di Piala Asia U23 Qatar dengan mengalahkan Australia, Yordania, dan Korea Selatan, mimpi ”Garuda Muda’ lolos Olimpiade sirna dalam babak playoff melawan wakil Afrika, Guinea 0-1 di Stade Pierre Pibarot, Ales, Prancis.
Satu-satunya gol Guinea dalam laga di komplek latihan tim nasional Prancis, Centre National du Football de Clairefontaine, itu dicetak Ilaix Moriba Kourouma melalui eksekusi adu penalti menit ke-29 karena Witan Sulaeman dianggap menjatuhkan pemain lawan.
Di babak kedua, Indonesia kembali mendapat hukuman penalti setelah pemain pengganti Alfeandra Dewangga melakukan pelanggaran. Namun kali ini, pemain Guinea yang memperkuat Olympiakos FC Algassime Bah gagal menjebol gawang Indonesia. Kiper Ernando Ari dengan jitu mampu membaca tendangan Bah ke sisi kanan gawangnya.
Memprotes hukuman penalti dalam laga tanpa Video Assistant Referee (VAR) itu, pelatih Shin Tae-yong mendapat kartu merah dari wasit asal Prancis, Letexier Francois dan harus meninggalkan sisi lapangan.
Indonesia U23 melakukan tiga perubahan pemain. Dewangga, Ramadhan Sananta, dan Hokky Caraka dimasukkan mengganti Jeam Kelly Sroyer, Komang Teguh serta Rafael Struick. Namun, Guinea U23 tetap mempertahankan keunggulan 1-0 atas Indonesia U23.
“Indonesia sudah berjuang maksimal. Permainan babak kedua lebih impresif. Mereka masih muda, perjalanan karir sepak bolanya masih sangat panjang,” kata pemain timnas Indonesia Marc Klok yang menjadi komentator pertandingan.
Komentator RCTI Maruf El Rumi memuji tim Indonesia U23 karena sudah melewati target lolos penyisihan grup. “Sayangnya, pemain pelapis tim kita tak siap jika ada pemain utama tak bisa tampil seperti saat ini. Selanjutnya, para pemain Indonesia U23 bisa dipersiapkan menuju level senior. Kualitas dan fondasinya sudah berbeda,” kata jurnalis olahraga senior itu. Di laga ini, Indonesia U23 tak diperkuat Rizky Ridho karena menjalani hukuman kartu merah serta Justin Hubner karena harus kembal membela klubnya Cerezo Osaka di Liga Jepang.
Kekalahan di Paris mengingatkan pernyataan wakil presiden ke-10 dan ke-12 Indonesia, Jusuf Kalla, bahwa sejauh ini Indonesia masih saja membanggakan prestasi sepak bola yang ‘nyaris’. Terus membicarakan kisah nyaris mengulang lolos Olimpiade Melbourne 1956, hampir lolos Olimpiade Montreal 1976, kisah hampir lolos Piala Dunia Mexico 1986, dan kini kisah hampir lolos Olimpiade Paris 2024.
Semoga, kekalahan menyesakkan Indonesia U23 yang kandas memenuhi impian menembus Olimpiade membuat federasi membenahi fundamen dasar persepakbolaan Indonesia, yakni kompetisi yang tertata serta terstrukturnya pembinaan usia dini. Tak hanya mengedepankan etalase tim nasional yang mendadak tangguh dengan ’hilirisasi naturalisasi’ akhir-akhir ini.