Nusa Tenggara Timur – Kelangkaaan bahan bakar minyak (BBM) menjadi masalah menahun di Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur. Setiap tahun masyarakat selalu disuguhi pemandangan antrian panjang di berbagai tempat pengisian BBM. Ironisnya, antrian sepanjang itu demi mendapatkan dua sampai lima liter BBM saja. Pembelian terapksa dibatasi karena stoknya sangat minim.
Kelangkaan ini menyebabkan tingginya harga jual di tingkat pengecer. Bahkan melampaui Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah. BBM jenis Pertalite dan Pertamax pun kini dijual seharga Rp. 25.000 per botol.
Pemandangan yang sama Terkini, empat SPBU yang ada di Rote Ndao, seolah terkepung kendaraan bermotor. Roda dua dan empat berburu tempat. Saling berdesakan di area SPBU. Diakui atau tidak, kondisi tersebut mencerminkan ketidakmampuan pemerintah daerah mengelola pendistribusian BBM. Situasi makin runyam karena ada indikasi praktik tak jujur di tingkat lokal, yang bisa berdampak kemana-mana.
“Suda ktng sepakat sa,,pegawai jngan berkantor, petani jngan bertani lagi supaya bensin jngan nae harga,” tulis akun @Meldychyko Haning.
“Dua hari batong (katong) antri di Longgo. Di situ memang pakai batasan biar semua bisa dapat. Tapi itu harus tunggu dari jam 9 sampai jam 11 baru dapat,” kata Roni, yang mengaku tinggal di Dusun Rinalolon, Desa Oenitas.
Terakhir kali pejabat Rote Ndao membahas masalah ini pada 25 Maret 2024 lalu. Dalam pembahasan tersebut, pemerintah daerah menegaskan kembali komitmennya menata ulang alur distribusi dan pemasaran BBM. Sesuai surat edaran bupati tahun 2023, mustinya ada pembatasan kuota pembelian BBM dan cara pembeliannya harus menggunakan barcode.
Namun pada praktiknya, pembelian masih dilakukan secara bebas. Secara tidak langsung, pemilik SPBU justru memberikan peluang bagi konsumen untuk membeli dalam jumlah yang melebihi kuota, menggunakan tangki cadangan, dan tidak menggunakan barcode sesuai aturan yang berlaku. Hal ini berdampak pada kenaikan harga BBM di jalanan dengan harga yang bervariasi, yang pada akhirnya juga memengaruhi harga barang lain di pasaran. Akhirnya, pemandangan yang sama pun kembali terjadi di SPBU. Antrean panjang berjam-jam demi mendapat BBM.