Jakarta – Kembali masuknya modal asing membawa dampak positif bagi perekonomian nasional. Salah satu indikasinya adalah menguatnya nilai tukar rupiah selama beberapa hari terakhir. Pada hari Jumat (3/5) kemarin, nilai tukar rupiah berada di level Rp 16.094 per dollar AS. Lebih baik dari hari Kamis (2/5) yang berada di Rp 16.202 per dollar AS.
“Kami meyakini dari Bank Indonesia bahwa penguatan nilai tukar rupiah itu akan terus berlangsung dari sekarang menjadi sampai dengan akhir tahun,” ujar Perry, dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).
Pada pekan pertama Mei 2024, capital inflow kembali terjadi di instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan Surat Berharga Negara (SBN). Di instrumen SRBI, nilai capital inflow mencapai Rp 1,58 triliun pada tiga hari pertama bulan Mei ini. Nilai capital inflow di instrumen SBN bahkan lebih besar lagi, yakni mencapai Rp 3,75 triliun.
“Itu faktor yang akan memperkuat stabilitas dan penguatan nilai tukar rupiah, yaitu kembali masuknya investasi portofolio tidak hanya di SRBI,” tutur Perry.
Pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) April lalu, Bank Indonesia menetapkan suku bunga acuan BI Rate menjadi 6,25 persen. . Efek dari kenaikan suku bunga BI sudah dirasakan di pasar keuangan dengan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah. Kenaikan imbal hasil (yield) membuat obligasi pemerintah kembali menjadi menarik. Bahkan, perbedaan yield obligasi SBN dengan yield obligasi negara berkembang lain, seperti India, sudah menjadi lebih baik.
Bersamaan dengan itu, fundamental perekonomian Indonesia terbilang stabil di tengah meningkatnya ketidakpastian global. Stabilitas itu yang akan menopong kinerja pasar, dan pada gilirannya turut menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.