Tantangan terbesar dalam bisnis adalah menemukan racikan yang pas dengan lidah konsumen. Menemukan resep yang pas tidaklah mudah. Situasi ini pernah dialami Simon Nainggolan, pendiri sekaligus pemilik jaringan Rumah Makan Padang Sarimande, saat hendak memasukkan rendang dalam menu sajian.
“Rendang Padang itu kering. Dimasaknya bisa lebih dari enam jam sampai minyak yang ada dalam santannya habis. Kalau yang saya sajikan ini, orang Padang bilang termasuk kalio karena tidak kering. Hasil masakan setelah kalio ini berwarna hitam pekat dan teksturnya kering. Keadaan seperti ini barulah disebut dengan rendang. Intinya, kalio itu setengah jadi rendang dan masih basah, beda dengan rendang yang kering,” katanya saat menjadi narasumber di podcast Interpol (Interupsi Politik).
Soal mengapa memilih menyajikan rendang dalam kondisi kurang kering, ia menjelaskan hal itu untuk menyesuaikan dengan selera konsumen.
“Semua jenis makanan, kalau kita bawa sesuai resep aslinya, kespesifikan yang benar-benar otentik belum tentu diterima. Ada yang suka kering, ada yang suka basah. Makanya kita cari jalan tengah, menyajikannya tidak terlalu kering dan tidak terlalu basah. Soal tingkat pedasnya juga kita sesuaikan. Justru itu akhirnya yang disukai konsumen,” jelasnya.
Simon mengakui penilaian enak tidaknya makanan sangat subyektif. Tergantung preferensi selera pribadi masing-masing konsumen. Namun bahwa rendang buatannya disukai, bahkan menjadi salah satu menu favorit Rumah Makan Padang Sarimande, itu membuktikan hasil olahannya memang enak.
“Enak itu relatif, tidak enak itu absolut,” tandasnya.
Untuk menyimak perbincangan lengkap dengan Simon, silahkan klik link ini