Inggris – Layanan Kesehatan Nasional (National Health Service/NHS) merilis hasil penelitian bertajuk Trends in Harm Perceptions of E-Cigarettes vs Cigarettes Among Adults Who Smoke in England, 2014-2023. Penelitian yang disponsori Cancer Research UK ini mendapati tingkat resiko penggunaan produk tembakau alternatif, seperti rokok elektronik (vape) dan produk tembakau yang dipanaskan, lebih rendah dibandingkan rokok. Meski begitu, remaja dan non-perokok di bawah usia 18 tahun dilarang menggunakannya, karena produk ini hanya ditujukan bagi perokok dewasa atau mereka yang ingin menghentian kebiasaan merokok.
“Risiko penggunaan vape jauh lebih rendah dibandingkan merokok. Hal ini tidak dikomunikasikan dengan jelas kepada masyarakat,” kata Dr. Sarah Jackson, salah satu peneliti dari University College London (UCL).
Kesalahan persepsi ini dapat menyebabkan perokok dewasa enggan memanfaatkan produk tembakau alternatif untuk beralih dari kebiasaannya. Sebab, mereka menganggap risiko dari produk tersebut sebanding dengan rokok.
“Akibatnya, ada jutaan perokok dewasa yang mungkin tidak pernah mencoba solusi beralih dari kebiasaannya,” lanjutnya.
Kondisi tersebut, tambah Deborah, menempatkan perokok dewasa pada risiko lebih serius terkait penyakit yang berhubungan dengan merokok seperti kanker, penyakit pernapasan, dan jantung.
Pernyataann Debora diamini oleh Ketua Asosiasi Konsumen Vape Indonesia (AKVINDO), Paido Siahaan. Ia menjelaskan, produk tembakau alternatif secara ilmiah terbukti menjadi opsi efektif untuk beralih dari kebiasaan merokok. Dengan demikian, bisa dimanfaatkan bagi perokok dewasa untuk mengurangi risiko kesehatan. Sayangnya masih ada misinformasi yang menyebutkan produk tembakau alternatif memiliki risiko kesehatan yang setara dengan rokok.
“Misinformasi tentang klaim bahwa vape memiliki risiko yang sama dengan rokok dapat menurunkan efektivitas produk tembakau alternatif sebagai solusi bagi perokok dewasa di Indonesia untuk beralih dari kebiasaannya,” ujar Paido.