Jakarta – Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan melakukan elaborasi sejumlah strategi dalam menciptakan ketahanan pangan nasional demi mewujudkan Indonesia Emas 2045.
“Ketahanan pangan menjadi salah satu sektor penting dan strategis dalam upaya mewujudkan Indonesia Emas 2045,” kata Arief Prasetyo Adi dalam talkshow yang diselenggarakan oleh Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (INKINDO), dalam keterangan di Jakarta, Jumat.
Arief menyampaikan ketahanan pangan berkaitan erat dengan aspek kuantitas maupun kualitas, keterjangkauan, dan merata di seluruh wilayah sehingga kebutuhan pangan terpenuhi dan masyarakat dapat hidup sehat, aktif, dan produktif.
Menurut dia, pangan menjadi komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dan pilar utama pembangunan nasional yang berperan dalam menjaga stabilitas ekonomi, sosial, dan politik.
“Karena itu, membangun ekosistem pangan nasional menjadi penting yang mencakup tiga aspek ketahanan pangan mulai dari ketersediaan, keterjangkauan, hingga pemanfaatannya,” ujar Arief.
Dari aspek ketersediaan pangan, Arief mengungkapkan bahwa stok pangan khususnya pangan pokok strategis saat ini dalam kondisi yang aman dan cukup. Namun pihaknya terus mencermati ketidakpastian situasi global, geopolitik, perubahan iklim (climate change), dan gangguan pasokan pangan antarnegara.
Sebab hal itu, kata Arief, akan mempengaruhi harga pangan global yang bisa berdampak pada fluktuasi harga pangan di dalam negeri. Karena itu, penting untuk membangun ekosistem pangan nasional yang kuat.
Arief mengatakan, dengan dukungan regulasi yaitu Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 125 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP).
Saat ini pihaknya tengah memperkuat CPP dengan mengoptimalkan peran dan fungsi Perum Bulog dan BUMN pangan sebagai offtaker hasil petani/peternak.
Hal ini selaras dengan arahan Presiden Joko Widodo yang meminta agar CPP dapat menjadi instrumen untuk stabilitasi pasokan dan harga pangan, bantuan pangan, maupun keadaan darurat. Untuk itu, Arief mendukung upaya peningkatan produksi pangan dalam negeri untuk menguatkan CPP.
“Untuk beras kita secured di atas 1 juta ton dan saat ini di tengah kondisi panen raya kita terus mendorong Bulog untuk menyerap hasil gabah/beras petani di dalam negeri untuk mengisi cadangan beras pemerintah,” terangnya.
Peningkatan produksi pangan dalam negeri, lanjut Arief, tentunya akan memberikan dampak positif bagi upaya-upaya lanjutan dalam aspek menjaga keterjangkauan pangan, seperti memastikan pangan tersebut merata dan dapat diakses baik secara fisik maupun ekonomi.
Ini juga berkaitan erat dengan upaya pengurangan daerah rentan rawan pangan, penurunan gizi buruk hingga pengentasan stunting.
Ditambahkan, upaya mewujudkan Indonesia Emas 2045 juga tidak terlepas dari aspek peningkatan kualitas konsumsi masyarakat.
“Bahwa keragaman konsumsi pangan yang dilihat dari skor Pola Pangan Harapan (PPH) merupakan salah satu entry point untuk memantapkan ketahanan pangan nasional,” ujar Arief.
Adapun skor PPH Tahun 2023 sebesar 94,1 berhasil melampaui target yaitu sebesar 94. Capaian ini lebih tinggi dari skor PPH tahun sebelumnya (2022) yang tercatat di angka 92,9. Hal itu menjadi indikasi bahwa kualitas konsumsi pangan penduduk Indonesia mengarah pada komposisi yang beragam dan bergizi seimbang.
Untuk terus meningkatkan kualitas konsumsi pangan tersebut, Bapanas bersama pemangku kepentingan terkait terus melakukan berbagai upaya antara lain menggencarkan intervensi bantuan pangan, sosialisasi pangan beragam bergizi seimbang dan aman (B2SA) ke anak sekolah, kalangan ibu-ibu, dan komunitas.
Selain itu, Bapanas juga terus mendorong upaya menurunkan Food Loss and Waste (FLW). Indonesia saat ini telah memiliki komitmen dalam pengurangan dan penanganan FLW, di antaranya melalui penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, sosialisasi, dan promosi serta aksi penyelamatan pangan.
“Jadi, semua aspek penting untuk memastikan ketahanan pangan nasional dan saya mengimbau agar semua pihak terus melakukan upaya stop boros pangan karena di satu sisi kita sedang berupaya meningkatkan produksi, namun di sisi lainnya justru kita masih membuang-buang makanan,” kata Arief.