Israel – Juru Bicara pemerintah Israel, David Mencer, menegaskan rencana serangan ke Rafah tidak bisa diganggu gugat. Pernyataan ini sekaligus menegaskan bahwa serangan tinggal menunggu waktu pelaksaannya saja, sekalipun kecaman dunia internasional terus berdatangan. Mencer juga mengungkapkan bahwa Israel akan mengerahkan dua brigade cadangan dalam misi tersebut. Target serangan adalah sisa batalyon Hamas yang masih bertahan di dalam kota.
“Empat batalion yang tersisa di Rafah tidak dapat dilindungi dari Israel. Mereka akan diserang,” katanya.
Banyak pihak mengecam rencana serangan ke Rafah, karena masih banyak warga sipil di dalam kota. Mereka sangat rentan terkena dampak pertempuran yang diperkirakan bakal dilakukan dari pintu ke pintu. Bahkan Juru Bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Matthew Miller, mengatakan serangan Israel ke Gaza justru akan menimbulkan kerugian besar kepada warga sipil. Apalagi selain penduduk asli, kota itu juga menjadi pengungsian sekitar 2,4 juta warga Gaza.
“Invasi militer besar-besaran ke Rafah akan menimbulkan dampak yang sangat merugikan terhadap warga sipil yang terjebak di sana dan pada akhirnya akan merugikan keamanan Israel”, kata Matthew Miller awal bulan ini.
Perang melibatkan Israel dan Hamas telah berkecamuk sejak 7 Oktober 2023. Perang bermula usai Hamas menyerang Israel dan mengakibatkan 1.170 orang meninggal dunia.
Israel lalu melancarkan serangan balasan ke Gaza, Palestina. Terhitung 34.262 orang tewas di Gaza akibat perang tersebut hingga saat ini. Mayoritas dari korban merupakan perempuan dan anak-anak.