Sulawasi Utara – Selama dua hari berturut-turut (16-17/4), Gunung Ruang di Sulawesi Utara mengalami erupsi. Badan Geologi pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) juga melaporkan Pulau Tagulandang sempat dilanda hujan kerikil bercampur pasir. Sejumlah atap rumah warga rusak pun rusak karenanya.
Setelah erupsi mereda petugas ESDM melakukan pemeriksaan situasi dan peralatan. Dari situ diketahui alat pemantau gempa yang berada di pos pemantauan di Gunung Ruang rusak. Alat tersebut rusak karena terkena erupsi dari Gunung Ruang. Akibatnya, terhitung mulai Rabu (17/4), pukul 20.39 Wita, pos pemantau Badan Geologi tidak lagi mencatat aktivitas gempa di sana. Selain itu, listrik di sana pun dipadamkan.
“Kejadian erupsi tadi malam menyebabkan alat kami yang berada di lapangan mengalami off, dimungkinkan karena adanya dampak erupsi terdampak dari produk-produk erupsi yang menyebabkan alat kami tidak bisa berfungsi,” ujar Ketua Tim Kerja Pengamatan Gunung Api, Heruningtyas, dalam jumpa pers, Kamis (18/4).
“Setelah tanggal 17 April 2024 pukul 20.39 Wita, stasiun kami tidak merekam kegempaan lagi, disebabkan juga salah satunya pemadaman listrik yang dilakukan di Pulau Tagulandang, di mana pos pengamatan kami berada,” lanjutnya.
Meski situasi sebenarnya belum benar-benar kondusif, Heruningtyas menyatakan pihaknya akan segera memperbaiki alat pemantau tersebut. Hal ini penting, karena aktivitas Gunung Ruang harus dipantau secara cermat.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah menaikkan status Gunung Ruang dari level III (Siaga) menjadi level IV (Awas) setelah terjadinya serangkaian erupsi eksplosif dan awan panas. Peringatan tsunami sempat dikeluarkan dan mengharuskan penduduk yang bermukim di kawasan pesisir untuk menjauh dari pantai. Masyarakat di pantai barat Pulau Tagulandang pun telah diungsikan ke pantai timur guna menghindari terjadinya tsunami dan awan panas akibat erupsi Gunung Ruang.