Kemajuan teknologi menawarkan banyak kemudahan bagi manusia untuk menyelesaikan pekerjaannya. Salah satu yang paling fenomenal belakangan ini adalah pengembangan artificial intelligence (AI), semisal ChatGPT.
Sebuah survei yan dilakukan Forbes di Amerika Serikat menunjukkan 90 persen responden mengetahui ChatGPT. Bahkan 89 persen responden mengaku telah menggunakannya untuk membantu mengerjakan pekerjaan rumah.
Meski dianggap positif karena memberikan bantuan, sebenarnya ada pula kecemasan atas dampak negatif yang ditimbulkan.
“Selama satu tahun terakhir, saya mengamati ada peningkatan ketergantungan pada AI generatif di kalangan pelajar saya untuk bermacam-macam tugas dan proyek yang saya berikan. Hal ini mendorong saya untuk mempelajari penyebab dan konsekuensi penggunaan ini bagi mereka secara mendalam,” kata Muhammad Abbas, profesor dari FAST School of Management di National University of Computer and Emerging Sciences di Pakistan.
Melalui sebuah penelitian, Abbas mendapati beban akademik dan tekanan waktu menjadi penyebab dominan meningkatnya penggunaan ChatGPT. Artinya, siswa tertekan secar akademik lebih berpotensi menggunakan teknologi AI generatif untuk mendapatkan bantuan. Sebaliknya, siswa yang lebih sensitif terhadap integritas dan tidak ingin bergantung pada AI memilih tidak menggunakan ChatGPT.
Menariknya, Abbas juga menemukan fakta lain terkait dampak negatif penggunaan ChatGPT.
“Meskipun teknologi ini menawarkan kemudahan, ada konsekuensi negatif seperti penundaan, hilang ingatan, dan kinerja akademis yang terganggu,” pungkasnya.