Jakarta – Mobil produksi pabrikan Jepang masih mendominasi pasar mobil Indonesia. Namun dalam beberapa tahun terakhir, dominasi itu mulai goyah seiring masuknya mobil-mobil pabrikan China. Umumnya mobil pabrikan China adalah mobil listrik dengan harga yang cukup ramah di kantong. Penyematan fitur-fitur canggih pun membuat penjualannya makin melesat.
“Banyak pemain baru terutama di IIMS muncul kan dari brand China jujur terasa walaupun segmennya terasa. Mau coba EV (China) yang ini, yang ini akhirnya dia nunda (beli mobil listrik premium) jadi lebih baik ke sini (merek China). Ini memang sedikit terasa marketnya berubah,” beber Director of Sales and Network Development BMW Group Indonesia, Ariefin Makaminan, di acara BMW Iftar Media Gathering.
Sekalipun demikian, gempuran mobil pabrikan China maish belum terlalu signifikan dampaknya di segmen premium. Terlebih mobil-mobil listrik dari pabrikan Korea dan Eropa masih menyasar kelompok menengah ke atas.
“Mass market memang sangat terasa, kebetulan saya tanya kompetitor yang ada di segmen itu mereka sangat terasa dengan brand baru. Kita alhamdulillah masih cukup bisa bertahan,” tambah Ariefin.
Penjualan mobil listrik di segmen menengah ke atas sejauh ini masih didominasi BMW sebesar 61 persen. Pabrikan asal Jerman itu memang cukup agresif menawarkan mobil listriknya di dalam negeri dengan ragam model. Bahkan untuk tahun 2024, BMW sudah meluncurkan tiga mobil listrik untuk pasar Indonesia. Terbaru adalah merilis sedan listrik i5 yang ditujukan bagi para pebisnis.
“Kalau kita lihat di premium segmen BEV tentu dengan portofolio mungkin kalau boleh dibilang kita paling lengkap. Harapan kita tetap jadi market leader, kalau 61 persen harapan saya tetap bertahan di angka itu atau lebih,” pungkas Ariefin.