Jakarta – Pemilu 2024 meninggalkan jejak konflik antara PDI Perjuangan dengan Presiden Jokowi. Tentu saja konflik ini bukan sesuatu yang tiba-tiba terjadi dalam satu dua hari, atau satu dua bulan saja. Bila diperhatikan, tanda-tandanya sudah muncul jauh sebelum Pemilu 2024 dilaksanakan.
Saat diwawancarai Kompas TV dalam program Livi On Point, Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan bahwa Jokowi mulai berubah sejak awal periode kedua menjadi presiden.
“Kalau saya melihatnya sejak awal periode kedua. Saat itu ada acara di Papua. Saya lihat kog aspek-aspek pencitraan masih dikedepankan?” katanya.
“Kemudian saya melihat saat pembukaan Asian Games. Yang naik motor itu. Perubahannya makin nampak. Egosentrisnya makin dominan. Termasuk upaya-upaya untuk memperpanjang kekuasaan,” lanjutnya.
Sekalipun demikian, Hasto menekankan bahwa PDI Perjuangan menyikapi hal ini dengan bijaksana. Tetap mengedepankan kepentingan bangsa dan negara di atas partai. Salah satunya dengan tidak menarik menteri-menteri yang ada di kabinet, sehingga tidak mengganggu jalannya roda pemerintahan.
“Jangankan ibu Mega, Ketua Umum PDI Perjuangan, kami (para kader) sudah merasa. Tapi kan kita diajarkan pentingnya kedewasaan dalam politik dan kesabaran revolusioner. Siapapun yang menyalahgunakan kekuasaan, apalagi pada ambisi hanya untuk keluarga, ada nilai-nilai satyam eva jayate (kebenaran pasti akan berjaya/menang). Jadi kami sudah move on dari hal seperti itu,” ungkapnya.
“Kami sedih bukan karena dikhianati. Itu sudah biasa terjadi sebagai dinamika kehidupan. Tetapi yang kami sedihkan, kami semua menangis, ketika nasib bangsa dipertaruhkan hanya karena ambisi,” lanjutnya.