Jakarta – Hal mengejutkan terjadi saat Yashinta Sekarwangi Mega berhasil melenggang ke Senayan sebagai perwakilan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Yogyakarta. Sebagai wajah baru di pentas politik, raihan suara Anggi – demikian panggilan akrabnya – terbilang tinggi. Berdasarkan data real count Komisi Pemilihan Umum (KPU), Anggi mendapat 336.210 suara yang menempatkannya di posisi kedua setelah GKR Hemas (560.754 suara).
Saat menjadi narasumber di podcast Interupsi Politik (Interpol), lulusan fakultas Hukum Internsional (HI) Universitas Gadjah Mada ini mengaku berkampanye tanpa melakukan politik uang.
“Karena aku percaya, ketika kita betul-betul mau turun ke bawah, ketemu masyarakat, dialog, tapi bukan pertemuan cuma 30 menit, satu pertemuan kita alokasikan 1,5-2 jam, di situlah ada emotional bonding. Dengan adanya emotional bonding yang dibina terus-menerus, di situlah rasa kepercayaan muncul,” jelasnya.
“Sebisa mungkin, kita yang mau masuk ke politik jangan ikut-ikutan dengan sistem money politic. Kita harus sabar sambil mengedukasi masyarakat money politik itu seperti apa. Apakah dengan politik uang, masyarakat akan dimanusiakan? Mau pilih investasi jangka panjang lima tahun ke depan, atau sekedar kontrak uang lalu ditinggal,” lanjutnya.
Ia berharap, jika para wakil rakyat yang terpilih tidak lagi melakukan politik uang, situasi perpolitikan Indonesia akan jauh lebih baik.
Masuk ke kancah politik tanpa melakukan politik uang sebenarnya suatu keniscayaan. Tinggal bagaimana niat dan komitmen yang tegas dari para politikus. Dengan meninggalkan politik uang, prinsip-prinsip langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil yang diamanahkan oleh konstitusi negara Indonesia bisa dapat dilaksanakan dengan baik sehingga melahirkan sistem demokrasi yang sehat.
Untuk menyimak obrolan lengkap dengan Yashinta, silahkan klik link berikut