Jakarta – Salah satu masalah kesehatan yang dialami wanita saat ini adalah infertilitas, atau ketidaksuburan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 17,5 persen dari populasi orang dewasa global mengalami infertilitas dan angka itu meningkat tiap tahun. Setidaknya 35 persen ketidaksuburan disebabkan oleh perempuan dan 30 persen laki-laki. Sisanya dipicu oleh kombinasi atau sebab yang tidak diketahui.
Saat menjadi pembicara di seminar Teknologi Female Fertility Preservation di Surabaya, CEO dan Founder Morula IVF Indonesia, Dr. Ivan Rizal Sini, memperkenalkan metode penyimpanan sel telur (egg banking) guna mengatasi infertilitas. Metode ini dilakukan dengan pengambilan gamet atau sel telur yang kondisinya sehat untuk kemudian disimpan.
“Sebenarnya ini sudah dikerjakan cukup lama dengan teknologi yang sudah advance. Terutama di program yang kita kenal dengan bayi tabung,” jelasnya.
Medical Consultant Morula IVF Indonesia, Prof. Dr. dr. Budi Santoso menambahkan, metode egg banking bisa diterapkan pada perempuan di segala usia. Namun usia ideal melakukan egg banking antara 20-35 tahun, di mana sel telur pada usia itu berada dalam kondisi baik.
“Sel telur yang sudah berukuran besar akan dipanen melalui operasi pengambilan sel telur dari ovarium,” ujarnya.
Dari segi teknologi, Prof. Arief Boediono menguraikan bahwa sel telur akan disimpan dalam tabung dengan suhu minus 196 derajat celcius agar bisa dipertahankan kualitasnya. Nantinya sel telur ini dapat diambil untuk proses pembuahan pada program In vitro fertilization (IVF), atau yang lebih umum dikenal dengan nama bayi tabung.
“Mengenai lamanya, itu tak terhingga selama itu disimpan minus 196 derajat celcius,” tuturnya.
Di negara-negara maju, egg banking telah menjadi pilihan bagi sebagian besar wanita karir. Hal ini sangat diminati pasangan suami istri agar dapat mengatur kapan saatnya harus punya anak.