Jakarta – Membersihkan mulut segera setelah sarapan dengan menggunakan pasta gigi dan sikat gigi yang bersifat abrasif, kemudian berkumur dengan obat kumur yang kuat hingga membuat Anda meringis. Bagi kebanyakan orang, kebiasaan tersebut dianggap baik. Namun Dr. Kami Hoss menganggap kebiasaan tersebut sebagai salah kaprah yang serius.
Dalam bukunya yang berjudul “If Your Mouth Could Talk: An In-Depth Guide to Oral health and Its Impact on Your Entire Life ”, ia menulis banyak orang memiliki kesehatan mulut yang buruk, yang pada gilirannya mempengaruhi semua aspek kesehatan mereka, dari fisik hingga mental. Fakta bahwa dalam 30 tahun terakhir masalah kesehatan mulut tidak membaik, menunjukkan ada sesuatu yang salah.
“Masalah terbesarnya adalah orang-orang mengabaikan mulut mereka atau melakukan tindakan ekstrem dengan mendisinfeksi dan mensterilkannya sedemikian rupa sehingga mengganggu keseimbangan mikrobioma mulut. Sama seperti usus kita, mulut mengandung bakteri baik dan jahat – seluruhnya berjumlah miliaran mikroba. Jika Anda mengganggu keseimbangan ini – misalnya dengan menggunakan produk yang membunuh semua bakteri di mulut Anda – maka masalah bisa muncul,” kata salah satu pendiri The Super Dentists di San Diego, California, ini.
Mulut memiliki mikrobioma seimbang serta pertumbuhan dan perkembangan mulut yang tepat, yang mengarah pada perbaikan saluran udara, gigitan yang benar, dan wajah yang tampak seimbang. Mulut yang sehat dapat meningkatkan angka harapan hidup hingga 10 tahun, catatnya dalam bukunya.
Jika terjadi sesuatu yang tidak beres, sehingga menyebabkan mulut tidak sehat, hal ini dapat berdampak pada segala hal pada kesejahteraan seseorang, termasuk kesehatan mental. Bahkan banyak penyakit yang dikaitkan dengan penyakit periodontal, termasuk diabetes, kardiovaskular , dan penyakit Alzheimer. Maka dari itu, masyarakat harus terus diedukasi tentang bagaimana melakukan perawatan mulut yang benar.