|

Jakarta – Manusia sangat memerlukan informasi guna mendukung kehidupannya. Sayangnya, terlalu banyak mendapat informasi justru berakibat buruk bagi kesehatan mental.

“Informasi yang berlebihan dapat memiliki implikasi yang serius,” kata Curt Breneman, Ph.D., dekan Sekolah Sains Rensselaer di New York, Amerika Serikat.

Breneman menjelaskan bahwa kemajuan teknologi memberikan manusia akses kepada informasi yang jauh lebih besar dari sebelumnya. Karena manusia tidak memiliki cukup waktu untuk mengolah setiap informasi yang datang, orang akhirnya memilih untuk menerima begitu saja semuanya. Tidak lagi melakukan pemilahan informasi. Batasan antara informasi valid dengan informasi hoax diabaikan. Hal-hal seperti ini akhirnya mempengaruhi cara pandang terhadap diri sendiri maupun lingkungan sekitar.

“Ini dimulai dengan mengikis kesehatan mental, performa kerja, dan kepuasan kita, yang kemudian memengaruhi tindakan kelompok dan pada akhirnya, seluruh masyarakat,” jelasnya.

Pengabaian validitas informasi juga dapat berdampak pada kesehatan. Orang lebih mempercayai mitos-mitos kesehatan daripada hasil penelitian medis yang dilakukan sesuai kaidah ilmiah. Sedangkan dari sisi sosial, banjir informasi terbukti telah membuat orang kehilangan minat pada bentuk-bentuk interaksi sosial yang nyata. Mereka lebih menyukai interaksi dunia maya yang penuh polesan. Para ilmuwan menyebut fenomen ini sebagai “polusi informasi” atau “kabut data”.

Guna mengatasi hal tersebut, Breneman mendorong setiap orang membatasi akses informasi yang datang. Dengan mengendalikan tingkat polusi, kesehatan mental akan jadi lebih baik.

Share.
Exit mobile version