Jakarta – Sebuah ungkapan mengatakan bahwa kegagalan adalah sukses yang tertunda. Ungkapan itu sangat tepat untuk menggambarkan perjalanan Pendiri dan CEO Amartha Corp Ikhwanus Sofa. Saat menjadi narasumber di podcast Interpol (Interupsi Politik), ia mengungkapkan banyak kegagalan pernah dirasakannya.
“Kalau gagal tidak bisa dihitung lagi. Bagi saya, gagal adalah suatu peristiwa yang tidak bisa diubah. Contoh, kita mengirim barang pakai kapal, lalu kapalnya tenggelam. Itu suatu peristiwa yang tidak bisa kita ubah,” katanya.
Meski tidak bisa diubah, hasil akhir dari kegagalan tersebut tergantung respon yang diberikan. Hanya respon yang benar akan membawa pada kesuksesan.
“Ayah saya mengajarkan bahwa kesuksesan adalah bagaimana mencapai keseimbangan hidup. Baik dalam hal usaha, keluarga, maupun spiritual. Kita harus selalu dalam angka nol. Ibaratnya kesenangan atau kesuksesan adalah nilai plus, sedangkan kena musibah atau kegagalan adalah titik minus. Entahkah kita sedang di titik plus atau minus, jangan berlama-lama di situ. Segera kembali ke titik nol,” Jelasnya.
Dengan menerapkan prinsip keseimbangan, Iwan –demikian panggilan akrabnya– berhasil menjaga hidupnya tidak terjebak dalam kegagalan. Atau malah terjebak di zona nyaman kesuksesan. Dari situ ia mampu terus mengembangkan diri. Di sisi lain, perusahaan yang dikelolanya pun terus berkembang.
Dari sebuah perusahaan rintisan (startup), Amartha Corp kini bertransformasi menjadi perusahaan yang bergerak di berbagai bidang usaha. Selain usaha di bidang logistik, dirinya juga mempunyai beberapa lini usaha di bidang lain. Di antaranya bidang penyedia jasa trucking dan trailer, jasa IT dan media, pabrik produksi pupuk, importir barang teknik, trading batu bara, produsen produk kecantikan dan lini food and beverage.
Ikuti percakapan dengan CEO Amartha Corp Ikhwanus Sofa selengkapnya di