Jakarta – Peningkatan perolehan suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang cukup signifikan dalam waktu singkat menjadi perbincangan di media sosial. Banyak pihak menduga peningkatan ini terjadi karena rekayasa penggelembungan suara. Menanggapi hal itu, Ketua Badan pengawas Pemilu (Bawaslu) Rahmat Bagja mengatakan pihaknya tengah melakukan penyeldikan.
“Saya memperhatikan betul, ada media sosial yang dikirim ke kami. Jadi langsung kita cek di teman-teman pengawas ada yang belum dijawab ada, kita tunggu ini,” kata Bagja kepada wartawan di Gedung Bawaslu RI, Jakarta Pusat.
Meski demikian, Bagja mengingatkan bahwa fenomena yang sama tidak hanya dialami PSI. Maka penyelidikan yang dilakukan pun akan menyasar ke semua partai peserta Pemilu, tidak hanya difokuskan pada PSI. Jika nantinya memang terbukti terjadi penggelembungan suara, dan pihak pengawas tidak melapor, artinya pengawas yang bersangkutan bermasalah.
“Kalau seandainya terjadi penggelembungan, berarti kan ada yang masif dilakukan, masih bunyi (ada laporan) dalam pengawasan, seharusnya bunyi, kalau nggak bunyi berarti pengawas kami bermasalah,” sambungnya.
Perbincangan soal dugaan penggelembungan suara PSI ramai di media sosial X. Ada akun yang mengunggah gambar table kumpulan daerah pemilihan (Dapil) hingga Tempat pemungutan suara (TPS) yang diduga menjadi lokasi penggelembungan suara PSI. Kemudian diperlihatkan tabel rekapitulasi suara di Formulir C yang berbeda dengan tampilan di Sistem Informasi Rekapitulasi Pemilu (Sirekap).