Saat hujan turun dan udara menjadi dingin, sering kali perut terus merasa lapar. Dinginnya hujan membuat kita terpancing untuk selalu mengunyah makanan. Berikut ini beberapa minuman yang pas dikonsumsi cuaca dingin karena hujan.
1. Wedang Ronde
Minuman ini merupakan hasil akulturasi budaya yang dibawa perantau Tiongkok ke Nusantara. Di tempat asalnya, minuman ini disebut Dongzhi atau Tangyuan. Ciri khasnya adalah bola-bola berwarna merah, putih, dan hijau yang terbuat dari tepung ketan atau tepung beras, kemudian disajikan dengan kuah.
Setelah masuk ke Nusantara, kuah yang digunakan dicampur dengan gula merah dan jahe dan sehingga memberi rasa hangat saat diminum. Bahkan kadang diberi topping kacang tanah sangrai.
Kata wedang berasal dari bahasa Jawa. Artinya minuman yang disajikan dalam keadaan hangat. Sedangkan penamaan ronde diberikan oleh orang-orang Belanda. Mereka menyebut bola-bola dalam minuman ini “rond” yang artinya bulat.
Karena bola-bola tepung yang digunakan terbuat dari tepung padat, minuman ini selain menghangatkan juga mengenyangkan.
2. Bajigur
Minuman yang berasal dari Jawa Barat ini terbuat dari air gula merah dengan campuran santan dan jahe. Sebenarnya minuman ini adalah sajian khas kalangan petani suku Sunda. Tak heran kalau penyajiannya selalu disandingkan dengan aneka rebusan singkong, kacang, pisang, ubi, atau talas.
Mulanya petani Sunda memiliki kebiasaan minum air gula merah di pagi hari sebelum berangkat ke sawah. Penggunaan santan dan jahe sebagai campuran baru dilakukan kemudian. Dari sejarahnya, bajigur sebenarnya adalah minuman rumahan. Artinya dibuat untuk dinikmati sendiri, bukan untuk dijual.
Seiring perkembangan zaman, banyak pedagang menjual minuman ini. Resepnya pun banyak dimodifikasi dengan tambahan kopi bubuk, garam, hingga bubuk vanili.
3. Sekoteng
Minuman ini dikenal sebagai salah satu sajian khas Jawa Tengah. Namun jika ditelusuri sejarahnya, minuman ini berasal dari Tiongkok. Nama sekoteng berasal dari bahasa Hokkian yaitu shiguoteng. Shi artinya 10, guo artinya buah, dan teng artinya sup atau kuah.
Sepuluh di sini bukan berarti buahnya ada 10 macam, tapi maksudnya buahnya itu banyak. Sama seperti saat kita menyebut sesuatu yang banyak menggunakan istilah ribuan atau jutaan. Sedangkan buah-buahan yang digunakan adalah buah kering yang terdiri dari kacang, biji jali, biji teratai, dan kelengkeng. Di musim panas disajikan dengan es batu, sementara di musim dingin disajikan hangat.
Ketika dibawa para perantau Tiongkok ke Jawa, namanya berubah dari shigouteng menjadi sekoteng sesuai pelafalan lidah masyarakat setempat. Ada juga yang menyebutnya singkatan dari nyokot weteng (menggigit perut) berdasar rasa pedas dari jahe yang digunakan. Buah yang jadi isiannya pun disesuaikan dengan buah-buahan lokal. Saat ini sekoteng biasanya berisi kacang hijau, kacang tanah, pacar cina, dan potongan roti tawar.
4. Kembang Tahu
Seperti namanya, sajian ini menggunakan tahu sebagai bahan dasarnya. Meski lebih banyak ditemukan di Jawa Tengah, kembang tahu ternyata juga dikenal di daerah lain dengan beragam nama. Orang menyebutnya tauwa, orang Solo menyebutnya tahok, dan orang Jakarta menyebutnya kembang tahu. Meski memiliki beberapa varian, secara umum adalah endapan hasil rebusan kedelai yang disajikan dengan kuah jahe dan gula merah.
Sebenarnya, hidangan ini pun merupakan kuliner akulturasi yang dibawa perantau Tiongkok ke Nusantara. Di tempat asalnya, hidangan ini justru digolongkan sebagai makanan berkuah. Disajikan dengan taburan udang kecil atau rebon kering. Kuahnya menggunakan kecap gurih dengan sayur asin, irisan daun bawang atau daun ketumbar. Kemudian ada cakwe dan mantau (sejenis roti kukus).
Kembang tahu mengandung nilai gizi yang baik bagi tubuh. Selain tinggi kandungan protein, kandungan lemaknya tergolong rendah.