Seoul – Pemogokan yang dilakukan para dokter di Korea Selatan terus berlangsung. Hingga hari Jumat (1/3), diperkirakan sekitar 10.000 dokter junior meninggalkan pekerjaannya di berbagai rumah sakit. Pemerintah telah meminta agar pemogokan selesai pada 29 Februari 2024 kemarin, tetapi permintaan itu diabaikan. Hanya 565 dokter yang telah kembali bekerja pada tanggal yang ditetapkan pemerintah.
“Kami mengucapkan terima kasih atas keputusan bijak dari para dokter trainee yang telah kembali ke sisi para pasien,” ucap Menteri Kesehatan Korsel Cho Kyoo Hong dalam pernyataan terpisah.
Pemogokan ini terjadi setelah pemerintah berencana meningkatkan kuota mahasiswa baru di sekolah-sekolah kedokteran. Sebenarnya tujuan tersebut baik, sebab Korea Selatan mengalami kekurangan tenaga medis yang sangat serius. Keputusan ini diprotes, karena para dokter merasa sampai saat ini pemerintah tidak mampu menjamin kesejahteraan tenaga medis. Banyak laporan soal jam kerja yang berlebihan, upah yang rendah, dan lain sebagainya.
Aksi para dokter ini telah mempengaruhi layanan kesehatan di Korea Selatan secara keseluruhan. Banyak pasien tidak mendapatkan layanan medis. Bahkan menurut Kementerian Kesehatan, sekitar separuh dari operasi yang dijadwalkan di 15 rumah sakit besar di negara itu terpaksa dibatalkan sejak pekan lalu.
Awal pekan ini, pemerintah Seoul meminta kepolisian untuk menyelidiki orang-orang yang terlibat dalam aksi mogok massal tersebut. Kepolisian Seoul mengonfirmasi pihaknya telah melakukan penggerebekan terhadap kantor Asosiasi Medis Korea (KMA) pada hari Jumat (1/3) waktu setempat. Kementerian Kesehatan Korsel juga memuat pada situs resminya soal perintah kembali bekerja untuk 13 dokter trainee, dengan mencantumkan nomor izin dan sebagian nama mereka tanpa disensor.