Jakarta – Dalam penelitian yang dilakukan oleh Pew Research Center, mengungkapkan bahwa pengguna TikTok didominasi oleh pengguna yang menonton video saja, dibandingkan dengan pengguna yang rajin memposting video. Padahal dengan adanya TikTok bisa membuka banyak peluang baru khususnya menjadi content creator, namun ternyata trennya masih lebih tinggi penikmat TikTok daripada pencipta video TikTok.
“Pengguna TikTok pada umumnya jarang memposting, ada yang tidak pernah. Sekitar setengah dari semua orang dewasa AS di situs ini tidak pernah memposting video sendiri,” tulis laporan Pew Research Center dari PC Mag. Fenomena serupa juga terjadi tak hanya di AS, namun di Indonesia sekalipun. Banyak pengguna aktif TikTok yang memang hanya menggunakannya untuk sarana penghiburan, bukan untuk sarana kreativitas.
Kebanyakan orang lebih nyaman untuk menonton, hal ini didukung juga dengan page tersendiri yaitu For You Page (FYP) yang selalu TikTok sediakan sesuai algoritma pengguna. Hal ini membuat pengguna lebih nyaman untuk menonton karena memang konten yang diharapkan selalu muncul. Sejalan dengan pernyataan dalam penelitian yang sama “Sekitar 85% pengguna TikTok mengatakan bahwa konten di halaman “For You” mereka setidaknya cukup menarik, termasuk 40% yang menyebutnya sangat atau sangat menarik,”
Dalam temuan yang sama disampaikan pula 48% pengguna TikTok mengaku tak pernah memposting sebuah video. 30% pengguna TikTok pernah memposting video, hanya beberapa kali dalam setahun, dan hanya 22% pengguna TikTok yang memposting video secara teratur. Ini semakin memperkuat fakta bahwa TikTok tidak lagi sebagai platform yang mendukung kreativitas terbentuk. Kini kebanyakan justru hanya menggunakannya untuk sekadar menonton. Dari sini bisa terlihat bahwa kesempatan jika ingin menjadi content creator di TikTok masih terbuka lebar, manfaatkan pengguna yang tak mengunggah video dengan unggahan video kita agar mereka terhibur dan mengikuti serta menyukai akun kita.
Adapun beberapa alasan mengapa pengguna tak pernah memposting, pertama adalah ketakutan akan penilaian orang banyak. Mereka akan merasa malu dan takut jika videonya dilihat orang dan dihakimi atau dihujani dengan hujatan atau komentar yang kurang baik. Kurangnya keterampilan dan minimnya waktu untuk membuat video juga menjadi alasan. Membuat video TikTok yang menarik memang butuh waktu yang lama dan perjuangan yang tinggi. Itulah alasan utama yang mendorongnya.
Dengan adanya TikTok seharusnya ini bisa dimanfaatkan oleh warga Indonesia agar menjadi kreator, membuat sesuatu yang berguna bagi orang lain dan diri sendiri. Sudah banyak pula kreator TikTok Indonesia yang meraih ketenaran dari TikTok berkat kreativitasnya. Semoga bisa menjadi motivasi agar TikTok benar-benar menjadi sarana yang meningkatkan kreativitas, terutama bagi anak muda Indonesia.