Kupang – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melaporkan hingga saat ini erupsi atau letusan eksplosif dari Gunung Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, NTT masih berlangsung dan menunjukkan aktivitas peningkatan.
“Peningkatan letusan secara fluktuatif, hanya saja kolom letusan cenderung meningkat,” kata Petugas Pemantau Gunung Ile Lewotolok, Stanislaus Arakian, saat dihubungi dari Kupang, Minggu.
Dia mengatakan hal ini berkaitan dengan perkembangan erupsi Gunung Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata yang pernah erupsi dengan ketinggian kolom abu mencapai 4.000 meter di puncak gunung tersebut pada tahun 2020.
Dia mengatakan dalam sepekan terakhir telah terjadi dua kali erupsi dengan ketinggian kolom abu mencapai 1.000 meter. Erupsi terjadi pada Minggu pukul 05.30 WITA.
“Sebelumnya dominan di bawah dari 1.000 meter,” ujarnya.
Petugas Pos Pemantau Gunung Ile Lewotolok lainnya Yeremias Kristianto Pugel juga mengatakan hingga 23 Februari 2024 aliran lava baru sudah mencapai jarak satu km ke arah tenggara dan 600 meter ke arah selatan.
“Mungkin kita perlu antisipasi saja hal yang tidak kita inginkan. Tetap mandali (aman terkendali) dan cepat berakhir,” ujarnya.
Dia juga mengatakan berdasarkan pengamatan jangkauan lontaran lava (pijar) dominan masih di sekitar area kawah dan dapat menjangkau jarak sekitar 500 meter keluar dari kawah.
Potensi ancaman bahaya dari lontaran lava/material pijar harus tetap diwaspadai, yang sampai saat ini diperkirakan masih akan berada di dalam wilayah radius dua kilometer dari pusat aktivitas Gunung Ile Lewotolok.
Berdasarkan data pemantauan instrumental gunung tersebut terkini, kata dia, aktivitas vulkanik masih cukup tinggi sehingga harus dilakukan perubahan jarak rekomendasi dalam tingkat aktivitas masih di Level II (Waspada).
Beberapa rekomendasi itu seperti masyarakat di sekitar Gunung Ile Lewotolok maupun pengunjung, pendaki, atau wisatawan, agar tidak memasuki dan tidak melakukan aktivitas di dalam wilayah radius dua kilometer dari pusat aktivitas Gunung Lewotolok.
Selain itu masyarakat Desa Lamawolo, Desa Lamatokan, dan Desa Jontona, agar selalu mewaspadai potensi ancaman bahaya guguran/longsoran lava dan awan panas dari bagian timur puncak/kawah gunung itu.