Kupang – Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur mengaku menerima banyak keluhan dari masyarakat terkait mahalnya harga beras di sejumlah pasar di Kota Kupang.
“Iya kami terima banyak keluhan dari masyarakat soal mahalnya harga beras,” kata Pelaksana tugas Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) kota Kupang Raimundus Soka Witono saat ditemui di Kupang, Jumat.
Hal ini disampaikanya berkaitan dengan kenaikan harga beras di Kota Kupang yang sudah terjadi sejak awal Februari dan cukup meresahkan masyarakat di ibu Kota Provinsi NTT itu.
Saat ini harga beras di pasaran mencapai Rp17 ribu per kilogramnya. Walaupun Bulog NTT telah melakukan operasi pasar dengan harga beras Rp11 ribu per kilogram namun pembeli mengaku sulit mendapatkannya di pasaran.
Beras yang paling banyak dijual dan mudah ditemui di sejumlah pasar merupakan beras yang dikirim dari Sulawesi, sehingga harganya berkisar dari Rp15 ribu per kilogram hingga Rp17 ribu per kilogram
Dia mengatakan bahwa berdasarkan pantauannya yang dilakukan dinas terkait, kenaikan harga beras ini diakibatkan dampak dari El Nino.
“Gagal panen di daerah pengirim membuat harga beras naik,” ujar dia.
Dia mengaku bahwa sebenarnya stok beras di gudang NTT sangat mencukupi dan bahkan melimpah, karena itu masyarakat tidak perlu khawatir.
“Tapi kan masyarakat lebih suka membeli beras yang di impor dari Sulawesi seperti beras lonceng, nona kupang sehingga harganya naik padahal beras Bulog ada,” katanya.
Raimundus mengatakan, adapun solusi yang dilakukan oleh dinas adalah dengan melakukan pasar murah bersubsidi di tiga pasar yakni pasar Inpres, Oeba dan Oebobo kota Kupang.Selain itu, dengan memberikan bantuan kepada pelaku penjual sayur secara non tunai seperti beras, telur dan minyak goreng.
“Pemerintah melakukan itu untuk menstabilkan harga dan menekan angka inflasi di Kota Kupang,” tambahnya.
Salah seorang pembeli beras yang dijumpai di Pasar Naikoten Kota Kupang Elton Lete (30) mengatakan, harga beras naik sudah satu bulan terakhir dengan harga paling tinggi Rp17 ribu per kilogram.
“Dulu beli degan harga paling tinggi Rp12ribu per kilo, sekarang sudah naik sampai hampir Rp17 ribu per kilo,” katanya.