Bandung – Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah mengakui ada perbedaan hasil antara penghitungan suara sementara dari Formulir C dengan yang ditampilkan Aplikasi Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap). Itu sudah terbukti setidaknya di 2.325 Tempat Pemungutan Suara (TPS). Dosen di Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung (STEI ITB), Kelompok Keahlian Sistem Kendali dan Sistem Komputer, Agung Harsoyo menganggap temuan itu tidak wajar.
“Mestinya ada filtering untuk mengecek apakah suara satu TPS lebih dari nilai tertentu,” katanya.
Secara teknis, ketika Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) mengirimkan gambar atau foto formulir C1 ke Sirekap, data dokumen itu diterjemahkan menjadi angka oleh perangkat Optical Character Recognition (OCR) dan Optical Mark Recognition (OMR). Proses itu seharusnya sekaligus menyaring.
“Misalnya jumlah suara tidak bakal bisa melebihi angka pemilih terdaftar dan pencoblos di suatu TPS. Mestinya itu sudah terdeteksi,” imbuhnya.
Kemudian, tambahnya, saat data kiriman KPPS itu juga terkirim ke server pusat KPU, seharusnya juga ada bagian tertentu yang melakukan verifikasi data sebelum ditampilkan.
Ada dugaan KPU menggunakan layanan hosting seperti Alibaba, Google, atau Amazon. Dugaan itu terkait dengan potensi server KPU yang bisa diakses oleh pengguna ponsel dan internet di Indonesia yang berjumlah 200 juta orang lebih dalam waktu bersamaan, serta warga global.
“Jadi sewa sekian hari atau sebulan supaya ketika beban yang mengakses besar sekali, server tidak down,” ujarnya yang menilai tak efisien secara pendanaan, jika KPU membeli sendiri server dengan kapasitas besar untuk pemakaian beberapa hari.
Kembali ke soal kesalahan data. Agung memandang sumber kesalahan hanya dua, antara admin atau memang ada hacker yang meretas sistem. Maka seharusnya KPU melakukan evaluasi, memeriksa semuanya, lalu mengumumkan apa yang sesungguhnya terjadi. Upaya itu dinilainya sebagai upaya minimal yang baik.
“Berikutnya apa yang dilakukan, diperbaiki, dari sisi aplikasi front end dan back end apa yang diperbaiki?” pungkasnya.