Addis Ababa – Ethiopia meresmikan kebijakan larangan impor kendaraan berbahan bakar minyak. Selanjutnya, hanya kendaraan listrik yang boleh masuk ke negara itu. Langkah tersebut tentu mendahului rencana Uni Eropa yang baru melarang mobil bahan bakar minyak pada 2035. Pengurangan emisi rumah kaca serta pemangkasan anggaran impor bahan bakar minyak menjadi alasan di balik pelarangan tersebut.
“Keputusan telah diambil bahwa mobil tidak boleh masuk ke Ethiopia kecuali mobil listrik,” kata Alemu Sime, Menteri Transportasi dan Logistik Ethiopia.
Tahun 2023 kemarin, Ethiopia melakukan impor bahan bakar minyak senilai US$6 miliar. Sebagian besar untuk memenuhi kebutuhan sektor transportasi. Dilihat dari nilainya, angka tersebut sangat membebani anggaran belanja negara. Terlebih saat ini Ethiopia sedang berinvestasi besar dalam hal pembangunan infrastruktur energi, seperti membuat pembangkit listrik tenaga air terbesar di Afrika berkapasitas 750 megawatt yang akan segera diresmikan.
Rencana Pembangunan Sepuluh Tahun (2021-2030) Ethiopia menetapkan target ambisius untuk memperkenalkan setidaknya 152.800 kendaraan listrik ke negara tersebut pada tahun 2030. Saat ini, jumlah kendaraan listrik di Ethiopia masih terbatas, dengan hanya sekitar 7.200 kendaraan listrik di antara 1,2 juta kendaraan lainnya beriperasi di jalanan. Langkah larangan impor kendaraan non-listrik ini diharapkan dapat mempercepat transisi menuju mobilitas yang lebih berkelanjutan di Ethiopia.
Walau banyak mendapat apresiasi positif, terutama dari aktivis lingkungan hidup, kebijakan ini menimbulkan keresahkan di tengah masyarakat. Pasalnya, harga mobil listrik saat ini masih jauh lebih mahal dari mobil berbahan bakar minyak. Banyak orang merasa mobilitasnya bakal terhambat karena belum mampu membeli mobil listrik.