Toronto – Sebuah studi yang dilakukan oleh tim peneliti dari Ocean Conservancy dan Universitas Toronto mendapati 88 – 90 persen sumber protein mengandung mikroplastik. Hal ini diperoleh setelah meneliti 16 jenis sumber protein yang terdiri dari daging ayam, daging sapi, makanan laut, babi, tahu, dan beberapa alternatif nabati.
Menurut para peneliti, 44 persen mikroplastik yang ditemukan adalah serat dan 30 persen berupa pecahan. Temukan ini menyiratkan bahwa manusia kemungkinan besar mengonsumsi mikroplastik, apa pun pola makannya. Mikroplastik sendiri telah lama dikaitkan dengan efek negatif terhadap kesehatan.
“Ini adalah pengingat yang mengejutkan tentang betapa parahnya polusi plastic. Manusia memang hidup di darat, tetapi sampel makanan laut juga terkontaminasi plastik seperti halnya protein yang berasal dari darat,” kata Associate Direktur Asosiasi Ilmu Plastik di Ocean Conservancy Britta Baechler.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa manusia rata-rata mengonsumsi plastik yang besarnya setara kartu kredit setiap minggunya. Tak cuma itu, partikel-partikel plastik yang panjangnya kurang dari 5 milimeter telah ditemukan di lautan dan awan.
“Sebagai ahli kelautan, saya sangat prihatin dengan meningkatnya krisis plastik di lautan dunia. Tetapi penelitian kami menunjukkan bahwa plastik dalam makanan kita tidak hanya berasal dari ikan dan kerang, tetapi juga berbagai sumber protein lainnya,” ungkap kepala ilmuwan Ocean Conservancy Dr. George Leonard.
Tentang kandungan mikroplastik dalam bahan pangan, hal tersebut diduga terkait cara pengolahannya. Apalagi protein yang lebih banyak diproses mengandung mikroplastik dalam jumlah lebih tinggi dibandingkan protein yang tidak diproses.
Sebagai informasi, Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) menjelaskan bahwa mikroplastik adalah potongan plastik yang sangat kecil dan mencemari lingkungan. Umumnya, mikroplastik didefinisikan memiliki diameter kurang dari 5 mm. Begitu masuk ke dalam tubuh manusia dapat mengendap di saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan organ lain. Sedangkan mikroplastik yang bersifat tidak dapat dicerna atau diserap tubuh dapat menimbulkan iritasi, sehingga memicu peradangan.