Jakarta – Peneliti Senior Pusat Riset Politik BRIN Prof. Dr. Dewi Fortuna Anwar mengatakan kondisi kehidupan demokrasi bangsa Indonesia saat ini berada di titik krisis atau darurat. Karena itu, ia meminta semua pihak menghadapi gelaran pemilu 2024 dengan bijaksana. Jangan mengulangi kesalahan-kesalahan di masa lalu.
“Kita juga menjadi bangsa yang maju, budaya politik kita maju, sehingga peradaban kita menjadi peradaban yang maju dan berkembang,” katanya saat berbicara di acara diskusi publik yang diselenggarakan Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Gedung Widya Graha Jalan Gatot Subroto, Jakarta.
Dewi juga melihat partai-partai politik di Indonesia kurang mampu mengembangkan pemikiran-pemikiran ideologi yang bisa mendiferensiasikan partai politik satu dengan partai politik yang lain. Wajar kalau kemudian publik memaknai keberadaan partai politik saat ini lebih menampilkan atau mengedepankan politik transaksional, sehingga sangat mudah sekali yang paling kiri dan yang paling kanan untuk berkoalisi. Kondisi di Indonesia berbeda dengan di negara lain, semisal Amerika Serikat, Inggris, atau negara-negara maju lainnya.
“Di sana ketika memilih satu partai, kita akan tahu kebijakan di bidang ekonominya seperti ini, kebijakan di bidang pendidikannya seperti ini, kebijakan di bidang sosialnya seperti ini.
Sebagai contoh, Partai Demokrat di Amerika Serikat lebih pro ke big government dan dukungan terhadap yang lemah. Sementara Partai Republik lebih ke pro-bisnis, sehingga pemerintahannya harus lebih kecil, tetapi rakyatnya didorong untuk lebih mandiri. Jadi ada pilihan-pilihan ideologis yang dimiliki mereka. Namun saya melihat saat ini Indonesia tidak ada pilihan-pilihan berkembang seperti itu,” urainya.