Jakarta – Direktur Riset dan Survei Indonesia Political Expert (IPE) Agustanto Suprayoghi menilai, hasil survei yang menyebutkan, elektabilitas paslon 02 telah melampaui 50%, terlalu mengada-ada dan terkesan melakukan framing bahwa Pemilu 2024 berlangsung satu putaran.
Pasalnya, tidak ada satu kejadian luar biasa dan alasan apa pun yang membuat elektabilitas paslon nomor 02 naik sedemikian tinggi. Jika itu terjadi, pergeseran elektabilitas hanya berada di kisaran 1% hingga 2%, tidak lebih dari angka itu.
Dia mencontohkan, di Provinsi Jawa Timur, ada dua hal yang menjadi perhatian massa belakangan ini. Pertama, deklarasi Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa sebagai juru kampanye 02, Kedua, deklarasi dukungan Bupati Sidoarjo Ali Murdhor kepada paslon 02.
“Kedua hal ini terjadi baru saja, kurang dari sebulan. Pertanyaannya, mungkinkah dua kejadian ini tiba-tiba bisa menaikkan elektabilitas 02 sedemikian besar?” kata Agus di Jakarta, Kamis (8/2/2024).
Dia menegaskan, kenaikan signifikan tidak mungkin terjadi karena mesin partai politik, seperti Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan PDI Perjuangan tetap bekerja.
“Memang, mesin partai PKS dan PKB tidak bekerja? Memang mesin partai PDI Perjuangan dan partai koalisinya tidak bekerja?” lanjutnya.
Agus menyebut, hasil survei IPE terakhir secara jelas menunjukkan, bahwa ada tiga partai politik yang memiliki strong voter di atas 85%, yakni PKB, PKS, dan PDI Perjuangan.
“Sepengetahuan saya, kader ketiga partai ini cukup militan dalam menjalankan strategi kampanye. Program Amin dan Desak Anies, kita lihat sendiri antusiasme masyarakat yang ikut seperti apa. Apalagi kampanye PDI Perjuangan, dari pemberitaan media dan sosial media, aktivitas kampanye mereka selalu dipenuhi kehadiran masyarakat dan kader-kadernya. Seluruh mesin partai PDI Perjuangan juga bekerja,” tukasnya.
Calon Presiden Ganjar Pranowo, Calon Wakil Presiden Mahfud MD, Alam – Putra semata wayang Ganjar Pranowo, dan Siti Atikoh Supriyanti – Istri Ganjar Pranowo, juga bekerja. Bahkan, sekarang ada Basuki Tjahaja Purnama yang akrab disapa Ahok, berkampanye secara bersama-sama di masing-masing basis massanya.
The Invisible Hand
Agus mengungkapkan, apabila kemudian fakta hasil survei menunjukkan adanya dominasi salah satu paslon, ini berarti ada The Invisible Hand yang bekerja mempromosikan Capres-Cawapres paslon 02 kepada masyarakat.
The Invisible Hand, jelas Agus, bisa berupa bantuan sosial (Bansos) yang dibagikan Aparatur Sipil Negara (ASN), Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), menteri, dan Presiden. Bansos diberikan kepada masyarakat di wilayah yang akan disurvei.
Agus menduga beberapa lembaga survei, kemungkinan besar sengaja melakukan framing. Hal itu dimungkinkan karena Persepi sebagai induk organ survei, sebetulnya tidak mempunyai aktivitas jelas untuk memastikan keabsahan suatu hasil survei.
“Bagaimana mau jelas, lah orang-orang yang duduk sebagai pengurus Persepi dan anggotanya dibayar. Mana berani mereka ribut sama yang membayar,” kata Agus.
Selain itu, kata Agus, hasil rilis lembaga survei itu adalah pesanan dari calon tertentu, sebagai upaya untuk membentuk opini bahwa dominasi paslon 02 secara nasional tidak terbendung dan pasti satu putaran.
“Kenapa butuh framing? ya ini nanti dijadikan legitiimasi untuk menggiring opini bahwa jika 02 tidak menang satu putaran, maka 01 atau 03 melakukan kecurangan,” kata Agus.
Bahkan, yang lebih buruk adalah hasil survei menjadi sebuah pesan tersembunyi bagi para pihak, yang harusnya bersikap netral dan tidak berpihak untuk melakukan hal apapun, agar hasil pemilu mendekati hasil survei.
“Jika ini terjadi, bukan tidak mungkin akan terjadi kekacauan yang dampaknya akan kemana-mana,” pungkas Agus.