Jakarta – Kerjasama pembangunan pesawat tempur KF-21 Boramae antara Indonesia dengan Korea Selatan terus menemui hambatan. Dimulai dengan tidak diberikannya akses insinyur Indonesia ke beberapa teknologi pesawat generasi 4,5 ini. Pemerintah Indonesia sempat menarik semua insinyurnya. Situasi sedikit membaik setelah negosiasi ulang. Namun pemerintah Indonesia terlanjur kecewa.
Alih-alih membayar uang komitmen ke proyek KF-21 Boramae, Indonesia malah melakukan pembelian 42 pesawat Rafale dari Dassault Aviation, Perancis. Bahkan pembayarannya kini telah lunas.
Insiden terbaru, Korea Selatan menuduh seorang insinyur Indonesia mencuri data rahasia KF-21 Boramae menggunakan USB. Kasus ini pun menjadi isu nasional setelah dikabarkan dinas intelijan sampai badan keamanan negara Korea Selatan turun tangan melakukan investigasi. Pihak Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Indonesia pun memberi respon cepat.
“KBRI Seoul sudah berkoordinasi dengan yang bersangkutan dan memastikan bahwa yang bersangkutan tidak dalam tahanan,” jelas Juru Bicara Kemenlu Muhammad Lalu Iqbal (2/1).
Ternyata insinyur yang dituduh sudah bekerja di proyek KF-21 Boramae sejak tahun 2026. Sangat paham aturan yang berlaku, sehingga tidak mungkin melakukan pelanggaran sebagaimana yang dituduhkan. Bahkan Haninpost edisi 2 Februari 2024 menulis pernyataan seorang pejabat KAI (Korea Airspace Industries) bahwa tidak ada data rahasia di USB milik insinyur Indonesia itu.
Bila drama seperti ini terus berlanjut, sudah selayaknya Indonesia mengevaluasi proyek kerjasamanya dengan Korea Selatan. Apalagi beberapa tahun lalu Rusia pernah menawarkan Indonesia membangun pesawat tempur generasi 5. Proyek yang ditawarkan Rusia adalah pembangunan Su-57 serta jaminan transfer teknologi. Penawaran diberikan karena Indonesia adalah salah satu negara pengguna Sukhoi. Saat ini Indonesia memiliki satu skuadron pesawat Sukhoi, yaitu Skuadron 11 Lanud TNI AU Sultan Hasanuddin. Armadanya terdiri dari campuran tipe SU-27 SKM dan SU-35 MK.
“Tentu akan lebih baik jika Indonesia dapat menjadi mitra proyek pesawat tempur generasi kelima Su-57,” beber Rusia Military Messenger kala itu.
Akhir tahun 2023 kemarin, Su-57 kini sudah diserahterimakan oleh United Aircraft Corporation Rusia kepada Kementerian Pertahanan Rusia. Namun ini bukan berarti Rusia tidak punya proyek pesawat generasi 5 lainnya. Saat ini Rusia sedang mengembangkan Su-75 Checkmate. Penyempurnaan dari Su-57 ini memiliki teknologi siluman (stealth) dan persenjataan lebih baik, mampu terbang hingga kecepatan 2 Mach, dan dapat dioperasikan tanpa awak.