New York – Lamamya waktu pengisian baterai menjadi salah satu alasan orang masih enggan menggunakan kendaraan listrik atau electric vehicle (EV). Solusi masalah itu nampaknya kini telah ditemukan. Para peneliti dari Universitas Cornell, Amerika Serikat, mengumumkan berhasil membuat beterai lithium yang bisa diisi penuh dalam waktu kurang dari ima menit. Meski begitu, pengisian cepat itu tidak mengganggu fungsi optimal beterai dan menjanjikan masa pakai lebih panjang.“Jika bisa mengisi baterai electric vehicles (EV) dalam lima menit, anda tidak perlu memiliki baterai yang cukup besar untuk jarak 300 mil (sekitar 480 kilometer),” kata Dekan Fakultas Teknik Universitas Cornell, Lynden Archer.
Baterai lithium saat ini sudah banyak digunakan untuk kendaraan listrik dan ponsel. Para produsen menyukai baterai lithium karena hemat energi, tahan lama, dan ringan. Namun kelemahannya tetap ada, yaitu rentan bermasalah ketika diberi lonjakan arus yang besar dan sering memakan waktu lebih lama untuk pengisian ulang. Pengisian baterai lithium di stasiun pengisian daya tipe direct current (DC) fast-charging pun butuh setidaknya 30 menit.
Dalam makalah yang diterbitkan pada bulan Januari 2024, para peneliti Universitas Cornell mengungkapkan bahwa kendala durasi itu bisa diatasi dengan anoda berbahan indium. Kombinasi indium dengan berbagai katoda baterai EV ternyata mempercepat pengisian. Namun hal ini masih memerlukan penelitian lebih jauh.
“Ada prinsip umum yang memungkinkan siapa pun merancang anoda baterai lebih baik, untuk mencapai tingkat pengisian daya lebih cepat ketimbang teknologi tercanggih,” katanya.
Sebelum ini, sebuah perusahaan teknologi asal Inggris bernama Nyobolt pernah menawarkan terobosan dalam hal pengisian daya kendaraan lisyrik. Nyobolt mengembangkan anoda dari tungsten atau wolfram, logam yang cukup keras, dengan ukuran lebih kecil dibanding baterai lithium. Hanya perlu kurang dari enam menit untuk mengisi baterai berkapasitas 35 kilowatt jam (kWh) itu dari kosong hingga 100 persen. Terobosan ini pun diklaim tak mengusik siklus hidup baterai.
“Kami menguji kemampuan baterai baru ini dengan dua ribu siklus pengisian cepat, tanpa adanya penurunan performa,” begitu bunyi keterangan Nyobolot di situs resminya.
Penelitian dan pengembangan baterai kendaraan listri memang terus diintensifkan. Melihat besarnya minat para peneliti, diharapkan dalam beberapa tahun mendatang waktu pengisian beterai di kendaraan listrik tidak lagi menjadi kendala. Transisi energi hijau pun bisa lebih cepat terjadi.
Penelitian terbaru Universitas Cornell, Amerika Serikat, barangkali bisa menjadi solusi bagi konsumen mobil listrik yang tidak ingin berlama-lama menunggu pengisian ulang baterai. Para peneliti dari universitas yang terletak di Ithaca, New York, tersebut menciptakan baterai lithium baru yang bisa diisi penuh dalam waktu kurang dari lima menit. Durasi pendek itu diklaim tak mengganggu fungsi optimal baterai, dengan siklus pemakaian yang lebih panjang.
“Jika bisa mengisi baterai electric vehicles (EV) dalam lima menit, anda tidak perlu memiliki baterai yang cukup besar untuk jarak 300 mil (sekitar 480 kilometer),” kata Dekan Fakultas Teknik Universitas Cornell, Lynden Archer. Dilansir dari laman Fast Company, 25 Januari 2024, Lynden merupakan salah satu pengawas proyek baterai anyar itu.
Baterai litium-ion sering dimanfaatkan sebagai penyokong daya kendaraan listrik dan ponsel. Pabrikan umumnya menyukai karakter baterai lithium yang hemat energi, tahan lama, dan ringan. Namun, kelemahannya tetap ada, yaitu sering memakan waktu untuk pengisian ulang, serta bermasalah ketika diberi lonjakan arus yang besar. Pengisian baterai lithium di stasiun pengisian daya tipe direct current (DC) fast-charging pun butuh setidaknya 30 menit.