Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi Januari 2024 sebesar 2,57 persen secara tahunan (year on year/yoy). Sedangkan inflasi bulanan terealisasi 0,04 persen. Beberapa komoditi pangan menjadi penyumbang inflasi, salah satunya beras.
Khusus komoditi beras, harga di 28 provinsi masih mengalami kenaikan. Utamanya di pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Sementara di 10 provinsi mulai menunjukkan tren menurun.“Januari 2024, komoditas beras mengalami inflasi sebesar 0,64 persen, dengan andil inflasi sebesar 0,03 persen,” kata Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti, dalam konferensi pers BPS, Kamis (1/2).
Amalia menyebut, pengeluaran penyumbang inflasi bulanan terbesar berasal dari kelompok makanan minuman dan tembakau dengan inflasi sebesar 0,18 persen dan andil inflasi sebesar 0,05 persen. Adapun, komoditas penyumbang utama inflasi adalah tomat dengan andil inflasi sebesar 0,09 persen, bawang merah dengan ambil inflasi sebesar 0,04 persen serta beras dengan andil inflasi sebesar 0,03 persen.
Mengenai masih tingginya harga beras di sejumlah daerah, Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengungkapkan hal itu dikarenakan stok beras kurang alias defisit. Ia mengatakan saat ini produksi beras masih tertekan, karena masa tanam sebagian petani mundur ke Januari.
“BPS perkirakan Januari-Februari defisit 2,7 juta (ton). Nanti baru ada panen raya di Maret. Jadi sekarang sedang terjadi defisit, makanya harganya naik,” katanya di Kementerian Koordinator Perekonomian, Senin (29/1).
Untuk mengatasi menekan kenaikan harga beras, Bulog akan terus menyalurkan beras beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Dengan begitu, masyarakat bisa mempunyai alternatif sehingga bisa mengurangi tekanan kenaikan harga beras.