Jakarta – Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama, Ari Junaedi, menyatakan, keprihatinan yang disuarakan akademisi dan alumni serta civitas academika dari berbagai kampus di tanah air seperti UGM, UII, Universitas Andalas, serta Universitas Indonesia adalah gambaran betapa muaknya para intelektual dengan praktek-praktek kenegaraan yang menyimpang.
“Suara mereka adalah wujud kejernihan kaum cerdik pandai yang menganggap rezim sekarang ini begitu ‘keblinger’ dengan kekuasaan,” kata Ari.
Pengajar Ilmu Komunikasi di berbagai kampus ini mengungkapkan, kekhawatirannya jika rezim ini begitu bebal dengan suara-suara keprihatinan kaum cerdik pandai akan menjadi awal kejatuhan Joko Widodo. Menurut Ari, Joko Widodo begitu melupakan sejarah karena tidak pernah belajar dari rezim Soeharto yang jatuh karena mengingkari suara-suara rakyat.
“Saya membandingkan suasana sekarang ini mirip dengan kondisi Soeharto menjelang lengser. Ditambag lagi, Jokowi begitu terbuai dari suara-suara palsu para menteri yg menjadi penjilat,” ungkapnya.
Seperti diketahui, akhir Januari kemarin, sejumlah sivitas akademika Universitas Gadjah Mada (UGM) yang terdiri dari guru besar, dosen, mahasiswa, dan alumni menyampaikan ‘Petisi Bulaksumur’ untuk menyikapi kondisi perpolitikan nasional saat ini yang dinilai telah menyimpang.
“Kami sivitas akademika Universitas Gadjah Mada, setelah mencermati dinamika yang terjadi dalam perpolitikan nasional selama beberapa waktu terakhir sekaligus mengingat dan memperhatikan nilai-nilai Pancasila serta jati diri Universitas Gadjah Mada, menyampaikan keprihatinan yang mendalam terhadap tindakan sejumlah penyelenggara negara di berbagai lini dan tingkat yang menyimpang dari prinsip-prinsip moral demokrasi, kerakyatan, dan keadilan sosial,” kata Profesor Kuntjoro membacakan petisi mewakili sivitas akademika.
Keprihatinan itu kemudian diikuti kampus-kampus lain, seperti Universitas Islam Indonesia, Universitas Andalas, dan Universitas Indonesia.