Pontianak – Calon presiden (capres) nomor urut 3, Ganjar Pranowo ingin membangun kepercayaan diri anak muda, khususnya yang berada di daerah melalui pendidikan merata dan berkualitas.
Menurutnya, akses pendidikan amatlah penting. Termasuk bagi penyandang disabilitas. Maka konsep pendidikan yang baik adalah mengembangkan sekolah inklusi. Di mana sekolah umum harus menyiapkan diri dengan baik, agar bisa menerima siapapun dengan kondisi apapun.
Hal tersebut, kata dia, akan menjadi solusi atas inferiority complex yang sering ditemukan pada anak muda.Sekadar diketahui, inferiority complex adalah gangguan kepribadian di mana seseorang meragukan kemampuan dirinya atau merasa rendah diri.
Kondisi ini membuat pengidapnya kehilangan rasa percaya diri dan selalu merasa kurang dalam berbagai aspek kehidupan seperti intelektual, sosial dan fisik.
“Oleh karena itu yang perlu diperbaiki adalah sistem pendidikan dan bagaimana nanti kampus-kampus bisa menyiapkannya dengan baik. Kenapa sih sekolah kita, setidaknya sampai menengah ke atas mesti gratis, agar akses pendidikan kita bisa diterima oleh siapapun,” ujar Ganjar saat mengisi gelaran Tanya Jawab Mahasiswa dan Gen Z di Pontianak.
Oleh karena itu, kata dia, inferiority complex seharusnya tidak perlu ada pada generasi muda di Indonesia. Ganjar menceritakan saat dirinya berkeliling ke Indonesia, dan memulai kampanye dari Merauke yang secara wilayah berelektoral rendah. Ganjar ingin melihat langsung ujung-ujung wilayah Indonesia dalam kondisi sebenarnya. “Dan saya betul, saya melihat ada ketidakadilan di sana,” ungkapnya.
Dengan demikian, Mantan Gubernur Jawa Tengah (Jateng) ini menyebut perlu dilakukan tindakan afirmatif. Tindakan khusus agar daerah-daerah perbatasan dibuat lebih baik, sehingga masyarakat khususnya anak muda di sana merasa bangga berada di pintu masuk Indonesia dengan pembangunan yang maju, terlebih di bidang pendidikan.
“Di pemerintahan ini saya respek, karena apa, karena perbatasannya dibangun, meskipun belum semuanya, tapi jauh lebih baik dari sebelumnya,” kata Ganjar.
Dia pun berharap anak muda Indonesia tidak mudah patah arang dengan keterbatasan. Ganjar menceritakan, bahwa ada seorang anak lulusan SMK di Salatiga yang mengikuti ajang internasional mendesain sebuah komponen pesawat.
Anak tersebut kata Ganjar, hanya berlatih di workshop sederhana yang berada di rumahnya. Anak itu mengunduh seluruh syarat perlombaan, dan mengerjakan karya desainnya di workshop sederhana dirumahnya. Lalu mengirim karyanya secara daring dan memenangkan perlombaan internasional tersebut.
“Hari ini ketika kita bisa menggunakan keterampilan kita dan menggunakan teknologi, selesailah semuanya. Maka tidak ada lagi batas-batas wilayah karena itu akan diterjang oleh digitalisasi yang yang sekarang ada,” tutur Ganjar.