Bandung – Mengganti pemikiran-pemikiran dan cara kerja yang lama tidak semudah membalikkan telapak tangan. Demikianlah yang dituturkan Anies Baswedan perihal pengalamannya menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Berbagi ide dan gagasan yang dibawanya ternyata tidak mudah diterima oleh birokrasi dan rakyat di Jakarta. Maka ia kemudian membentuk TGUPP (Tim Gabungan untuk Percepatan Pembangunan) sebagai jembatan untuk mengkomunikasikan ide dan gagasannya agar lebih mudah dipahami dan diterima.
Hal itu diungkapkannya ketika menghadiri forum diskusi bertajuk ‘Ngajabarkeun Abah Anies’ di The Papandayan Hotel, Jalan Gatot Subroto, Kota Bandung, pada hari Minggu (28/1). Anies menceritakan kepada anggota DPR RI Muhammad Farhan yang menjadi pembawa acara kegiatan tersebut, berdasarkan pengalamannya, seseorang yang terpilih menjadi kepala daerah melalui proses pemilu akan berjalan sendirian ketika bekerja.
“Waktu di DKI saya membuat TGUPP yang anggotanya lebih dari 50 orang. Mereka menerjemahkan janji kampanye menjadi program, memastikan masuk dalam anggaran, memastikan menjadi kegiatan dan ada monitoringnya yang dikenal dengan F8K (Formulir 8 Kolom). Setiap kolom dimonitor dua minggu setiap bulan untuk memastikan apa yang dikomitmenkan itu deliver,” jelasnya.
Mengingat efektivitas kinerja TGUPP, Anies mengatakan akan menerapkan pola yang sama jika kelak memenangkan Pemilu 2024. Di samping menjadi jembatan komunikasi program, keberadaan TGUPP diperlukan untuk menghindari praktik rekayasan anggaran.
“Itu juga nanti ketika kami bertugas yang kami akan kerjakan. Kami akan memastikan janji kampanye masuk ke dalam program yang akan muncul dalam aktivitas penganggaran. Karena kalau tidak, anggaran bisa digonta-ganti namanya, isinya sama, dan itu sudah ada praktek tahu sama tahu. Program-program di Jakarta justru bisa terlaksana karena ada tim yang mengawasi,” tandasnya.