Jakarta – Setiap orang atau komunitas pasti memiliki nilai sebagai standar perilaku. Bila kita kembali pada nilai-nilai dasar, maka semuanya pasti berbicara tentang kemanusiaan dan keadilan. Sayangnya saat ini nilai-nilai dasar itu semakin ditinggalkan. Di dunia politik, kemanusiaan dan keadilan semakin tergantikan dengan politik transaksional yang hanya mementingkan keuntungan pribadi dan golongan.
Hal tersebut diungkapkan oleh Co-Captain Timnas Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar Thomas Lembong saat menjadi pembicara dalam bedah buku “Anies Baswedan: The Rising Star” pada hari Senin (29/1) di Menteng, Jakarta Pusat.
Tom, demikian panggilan akrabnya, menyoroti bagaimana dunia industri saat ini berkembang secara tidak terkendali. Bahkan ketika industri berbenturan kepentingan dengan nyawa atau kemanusiaan, justru nyawa atau kemanusiaan itulah yang harus mengalah. Situasi seperti ini tidak boleh terjadi di Indonesia, karena sila kedua dalam Pancasila menyatakan “Kemanusiaan yang adil dan beradab”. Artinya kemanusiaan harus didahulukan daripada industri.
Cara terbaik menegakkan kemanusiaan adalah dengan menerapkan azas keadilan, seperti yang diamanatkan dalam sila kelima Pancasila “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan yang benar tidak akan memihak kepada kelompok atau kepentingan tertentu. Untuk itu, keadilan tidak boleh dijalankan secara traksaksional berdasar hitung-hitungan untung rugi. Nilai inilah yang harus dipahami seluruh warga negera Indonesia, untuk kemudian dijadikan pedoman dalam menanggapi setiap persoalan. Termasuk persoalan yang ada di dunia internasional.
“Misalnya Ukrania diserang Rusia. Itu bisa disebut adil atau tidak? Apakah itu sesuai dengan norma atau nilai kita pegang? Penindasan rakyat Palestina oleh Israel selama puluhan tahun. Apakah itu adil, apakah itu fair?” jelasnya.